TEORI KEBENARAN (2)
5.
Teori Kebenaran
Sintaksis
Para penganut teori kebeneran sintaksis, berpangkal
tolak pada keteraturan sintaksis atau gramatika yang dipakai oleh suatu
pernyataan atau tata bahasa yang melekatnya. Dengan demikian, suatu pernyataan
memiliki nilai benar apabila pernyataan itu mengikuti sturan sintaksis yang
baku. Atau dengan kata lain apabila proposisi itu tidak mengikuti syarat atau
keluar dari hal yang diisyaratkan maka proposisi itu tidak memiliki arti. Teori
ini berkembang diantara para filsuf analisis bahasa, terutama yang begitu ketat
terhadap pemakaian gramatika.
6.
Teori Kebenaran
Nondeskripsi
Teori kebenaran nondeskripsi dikembangkan oleh
penganut filsafat fungsionalisme. Karena pada adasrnya suatu statemen atau
pernyataan akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung peran dan fungsi
daripada pernyataan itu.
7.
Teori Kebenaran
Logis yang berlebihan
Teori ini dikembangkan pada kaum positivistik
diawali oleh Ayer. Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini, bahwa problema
kebenaran ini hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan akibat oleh suatu pemborosan
hend. Karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenaranya memiliki
derajat logis yang sama yang masing-masing saling melingkupinya.(Abbas, Hamami.1983.hlm:115-121)
Sumber:
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat suatu
pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar