Sabtu, 03 Desember 2016

Manusia Dipanggil Menjadi Pribadi


Manusia Dipanggil Menjadi Pribadi
Manusia sebagai makhluk yang sadar dan bebas disebut pribadi atau person. Manusia sebagai pribadi dipanggil dan dibujuk dari dalam untuk menjadi “a personality”  yaitu untuk menuju dirinya yang sejati.  Prinsip gerakannya lah diri sendiri. Pusat yang serba baru itulah"aku". Bagi setiap  manusia tetap berlaku bahwa ia adalah person meskipun pada awlanya kesadaran dan kebebasan belum berkembang aatau perkembangannnya terhalang akibat suatu kerusakana pada otaknya. Ia tetap pribadi dengan segala hak-hakyang berdasarkan pada kodratnya sebagai mansuia.
 Akan tetapi,seorang pribadi belum tentu berkepribadian. Orang baru disebut sebgaai kepribadian jika ia berhasil merealisasikan diri sesuai panggilan kodrat sebagai person. Semakin manusia menuju  diri yang sejati semakin ia berkpribadian . ia menjadi seseorang yang berdiri sendiri  dan tidak diomabng-ombangkan oleh pelbagai macam pengaruh dari luar, Ia menjadi orang yang dewasa.  Manusia juga makhluk sosial.  Dalam proses bentukan diri, factor lingkungan keluarga, lingkungan social dan faktisitas social ikut memainkan peranan. Namun,  dalam menjadi penggerak adalah “diri” orangnya. Panggilan untuk menjadi pribadi yang bersifat etis.
Manusia dipanggil untuk “menjadi orang yang autentik”.hidup secara autentik tidak berarti bahwa tiap tidakan atau perbuatan harus dilakukan dengan sadar atau kritis. Berkat faktisitas,  pola pikiran dan kelakuan lingkungan diambi alih sebagai hal yang wajar. Manusia berkembang sebagai manusia dengan hidap bersama dengan orang lain.  Membentuk diri dengan bebas dan sadar terutam harus terjadi dalam pilihan-pilihan penting yang menentukan arah kehidupan, juga pada saat yang kritis atau waktu keyakinan spontan mulai diragukan.  Pelan-pelan terbentuk dalam diriku suatu sikap dasar yang menjiwai dan hadir dalam segal tindakan dan pergaulanku.  Akhirnya,  manusia semakin menjadi seorang yang berwatak dan berkripadian. Menuju diri yang sejati boleh juga disebut menuju diri yang indah”  sebab segala sesuatu ada yang asli juga indah.
Sumber: Adelbert, 2004. Antropologi Berfilsafat. Yogyakarta:Pustaka Filsafat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar