Manusia Dipanggil Menjadi Pribadi
Manusia
sebagai makhluk yang sadar
dan bebas disebut pribadi atau person.
Manusia sebagai pribadi dipanggil
dan dibujuk dari dalam untuk menjadi “a
personality” yaitu untuk menuju dirinya yang sejati. Prinsip gerakannya lah diri
sendiri.
Pusat yang serba baru itulah"aku". Bagi setiap
manusia tetap berlaku bahwa
ia adalah person meskipun pada awlanya kesadaran dan kebebasan belum berkembang
aatau perkembangannnya terhalang akibat suatu kerusakana pada otaknya. Ia tetap
pribadi dengan segala hak-hakyang berdasarkan pada kodratnya sebagai mansuia.
Akan tetapi,seorang
pribadi belum tentu berkepribadian. Orang baru disebut sebgaai kepribadian jika
ia berhasil
merealisasikan diri sesuai panggilan kodrat sebagai person. Semakin manusia menuju diri yang sejati
semakin ia berkpribadian . ia menjadi seseorang yang berdiri sendiri dan tidak diomabng-ombangkan oleh pelbagai
macam pengaruh dari luar, Ia
menjadi
orang yang dewasa. Manusia juga makhluk
sosial. Dalam proses bentukan diri, factor lingkungan keluarga, lingkungan social dan faktisitas social ikut
memainkan peranan.
Namun, dalam menjadi penggerak adalah “diri” orangnya. Panggilan untuk menjadi pribadi yang
bersifat etis.
Manusia dipanggil untuk “menjadi orang yang autentik”.hidup
secara autentik tidak berarti bahwa tiap tidakan atau perbuatan harus dilakukan
dengan sadar atau kritis. Berkat
faktisitas, pola pikiran dan kelakuan
lingkungan diambi
alih sebagai hal yang wajar. Manusia
berkembang sebagai manusia dengan hidap bersama dengan orang lain. Membentuk diri dengan bebas dan sadar terutam
harus terjadi dalam pilihan-pilihan penting yang menentukan arah
kehidupan, juga
pada saat yang kritis atau waktu keyakinan spontan mulai diragukan. Pelan-pelan terbentuk dalam diriku
suatu sikap dasar yang menjiwai dan hadir dalam segal tindakan dan
pergaulanku. Akhirnya, manusia semakin menjadi seorang yang berwatak dan berkripadian.
Menuju diri yang sejati boleh juga disebut “menuju diri yang indah” sebab segala
sesuatu ada yang asli juga indah.
Sumber: Adelbert,
2004. Antropologi Berfilsafat. Yogyakarta:Pustaka
Filsafat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar