Sabtu, 03 Desember 2016

Manusia: Ciptaan dan Pencipta


Manusia:  Ciptaan dan Pencipta
Kesosialan dan keotonomian tidak terlepas satu sama lain.  Hal yang sama juga bagi hubungan faktisitas sosial dengan manusia sebagai pribadi.  dimak sudkan dengan faktisitas sosial adalah kebudayaan dan yang telah menjadifaktum” Yaitu sudah suatu kenyataan sebelum aku dan tanpa aku.  Dalam dalam suatu faktisitas sosial yang ikut membentuk arti ini saya adalah ciptaan.  Karena saya merupakan ciptaan lingkungan maka pengaruh faktisitas disamakan dengan suatu sosial.  Namun,  faktisitas sosial bukan hasil suatu proses fisiologis dan biologis saja.  Tidak ada faktisitas sosial tanpa kehadiran manusia sebagai pencipta.  Dan tidak ada suatu faktisitas sosial yang menjadi subur bagi saya dan generasi sekarang kalau diterima secara pasif saja.  Untuk menjadi manusia zaman ini,  maka kebudayaan zaman ini harus saya hayati dan saya hidupi.  Dan lagi saya ikut menciptakan faktisitas sosial untuk generasi mendatang.  Maka,  saya sekaligus ciptaan dan pencipta.  Dua kebenaran yang hanya benar dalam kesatuan mereka.  Faktisitas sosial ini bukanlah hasil proses fisiologis dan biologis saja yang secara deterministis menentukan diri saya.  Manusia adalah ciptaan dan sekaligus pencipta.  R. Kwant  mengatakan:  “we makw the world which make us, we realize ourself by making  a world that realize us”
Tidak ada kebudayaan tanpa manusia yang membudaya.  Bahasa tidak akan terbentuk tanpa manusia yang berbicara.  Tidak ada nyanyian tanpa manusia yang bernyanyi.  Bahasa cinta diciptakan oleh orang yang saling mencintai.  Ungkapan cinta juga berbeda-beda sesuai dengan kebudayaan.  Terbentuklah pelbagai jenis kesenian,  pelbagai jenis liturgi dan pelbagai jenis lagu.  Demikian juga dengan R.  Bakker,  Het smaktunuhrm,  dalam R.C Kwant,  Menshelde.  Lihat juga Leahy,  catatan kelahiran suatu bahasa bukan sekadar proses alamiah saja, Tidak setiap manusia menciptakan bahasanya.  Manusia adalah makhluk sosial.  Namun,  suatu buday perorangan tak mungkin dihayati tanpa dihidupkan kembali oleh orang yang meneriman Heide Kalau tidak,  mudah saja untuk menjadi sekadar rutinitas saja.  Suatu bentuk tanty autentisitas autentik,  p hati.  Segala ciptaan membutuhkan Pembaruan dan ciptaan baru.  Terus-menerus memburuhkan nggamaronwo Justru ketegangan di antara manusia sebagai ciptaan dan pencipta menjadi dasar kemajuan. 
Manusia bersifat sosial sekaligus otonom.  Suatu kebudayaan tanpa kehadiran diri manusia yang asli dan original menjadi suaru kebudayaan mati.  Faktisitas sosial sendiri adalah khas manusiawi yaitu ciptaan manusia.  Tidak mungkin setiap orang menciptakan gaya dan alat musikrym sendiri.  Ketegangan yang dinamis antara penghayatan dan pengungkapannya,antan objekkan perayaan dan liturginya,  antara manusia sebagai ciptaan dan pencipta adalah sesuatu yang khas manusiawi.  Manusia mewarisi budaya dari generasi-generasi sebelumnya Warisan masa lampau dihidupi,  dan diteruskan kepada manusia.
Sumber: Adelbert, 2004. Antropologi Berfilsafat. Yogyakarta:Pustaka Filsafat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar