Eksistensi
sebagai Pengalaman Asasi
Manusia
bukan
objek belaka, melainkan
juga subjek. Filsafat harus kmbali pada pengalaman asasi. . Pengalaman itu menyatakan bahwa manusia
adalah eksistensi. Apa yang dimaksud
dengan istilah itu?
Kata"eksistensi
dalam filsafat Eksistensialisme adalah suatu istiah filosofis yang mengandung
arti khusus. Kata "eksistensi" dikhususkan untuk cara berada manusia yang
khas. Hanya manusialah yang
bereksistensi. Karena itu eksistensi
tidak dapat disamakan
dengan berada. Pohon, anjing dan segala yang bin pun ada tetapi
tidak bereksistensi.
Arti khas
kata"eksistensi" menjadi jelas
bila dilihat susunan etimologisnya Kata itu terdiri dari “ex”
yang artinya "keluar" dan "sistensial" yang artinya “berdiri”. Dengan mengatakan bahwa manusia bereksistensi
berarti manusia baru mencmukan diri sebagai aku dengan keluar dari
dirinya.Tidak ada aku yang terpisah dari dunia.
Refleksi filosofis yang bertitik tolak dari aku yang terpisah dari dunia
menjadi idealisme,dan refleksi filosofis yang bertolak dari suatu dunia yang
terpisah dari aku menjadi Materialisme.
Hal ini bertentangan dengan pengalaman asasi manusia.
Filsafat
akan keluar dari kedua jalan buntu tersebut dengan merefleksikan kembali
pengalamannya sebagai manusia. "Pusat diriku terletak di luar diriku”.
Manusia adalah makhluk yang eksentris,
bukan dalam arti bahwa aku sudah menjadi aku baru kemudian keluar
Maksudnya di sini bahwa"keluar dari diri" berhubungan dengan hakikat manusia. Manusia hanya dapat berdiri sendiri dengan
keluar dari man asasi ini tidak dapat dibuktikan. Pengalaman ini disebut diri sendiri. Pengala'yatt primitif(faktum induk atau
openunte initial" Segala pengalaman
yang lain bersifat sekunder dan baru dipahami dengan kembali ke pengalam an
asasi ini asasi ini hanya dapat ditunjukkan sebagai suatu hal yang nyata.
Istilah
Martin Heidegger, "Dasein",
kurang lebih sama dengan eksistensi.
Kata'Da' berarti"di
sana" dan kata'sin"berarti
berada". Berada bagi manusia selalu
berarti berada di sini atau berada di sana.
Manusia selalu dalam konteks manusia-di dunia". Manusia sebagai subjek hadir pada diri
sendiri, tetapi ia hanya hadir pada diri
sendiri dengan hadir pada yanglain.
Manusia adalah makhluk yang eks-sentris.
Sumber: Adelbert,
2004. Antropologi Berfilsafat. Yogyakarta:Pustaka
Filsafat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar