Sabtu, 03 Desember 2016

Kontra-Materialisme dan Spiritualisme


Kontra-Materialisme dan Spiritualisme
Dalam pandangan Materialisme,  manusia dilihat sebagai bagian dari alam saja. Manusia Manusia muncul dalam sejarah sebagai hasil suatu evolusi fisiologis dan biologis Apa yang Manusia hanya merupakan suatu momen dalam kerangka evolusi kosmos.  Pada ketika dalam kosmos muncullah “benda yang berpikir”. Dalam yang me pandangan ini segala kegiatan spirirual kepada suatu proses fisiolo manusia belaka.  Manusia seluruhnya dapat diterangkan sebagai materi saja.  Keunggulan manusia tampak lagi.
Memang bahwa manusia adalah materi.  adalah materi. Berpikir, mencintai, main music, dan berdoa membutuhkan kondisi jasmaniah.  Manusia seluruhnya materi belaka.  Pandangan ini menjadi salah bila dikatakan bahwa manusia hanya sebelah,  yang dikenal “Materialisme”
Materialisme ditolak oleh eksistensialisme karena bertentangan dengan pengalaman asasi manusia.  Manusia tidak melulu objek.  sebagai objek karena ia juga subjek.  Manusia hanya dapat dibahas sebagai objek karena ia juga subjek. Materialisme mengatakan bahwa manusia adalah materi belaka,  tampak manu ungkapan ini sendiri menjadi suatu kontradiksi.  Ungkapan mengandaikan manusia sebagai subjek yang berefleksi atas dirinya sendiri.  Dengan demikian,  kemb Manu padatnya materi sudah didobrak.
Pandangan Spiritualisme pun merupakan suatu pandangan berat sebelah. Spiritualisme berpangkal pada kenyataan bahwa manusia adalah subjek yang berpikir.  Kenyataan yang paling utama menurut Descretes ialahcogito ergo sum”. Dunia diri lebih dahulu dikenal sebagai ide dalam"cogito".  Dunia sebagai suatu kenyataan"fait bersifat sekunder.  Descartes sendiri membuktikan bahwa dunia di luar diri manusia itu ada,  tetapi dia membuka jalan kepada pelbagai jenis idealisme,  Menurut Hegel, misalnya  seluruh sejarah merupakan suatu gerakan dialektis roh yang mutlak.
 Pandangan ini,  menurut Eksistensialisme,  bertentangan dengan pengalaman asasi manusia.  Spiritualisme menghapus dunia sebagai suatu kenyataan.  Padahal tak ada subjek tanpa dunia.  Manusia dan dunia tak dapat dipisahkan.  Manusia"me lekat"  pada dunia,  dan "melekat''   dunia, dan dunia “melekat” pada manusia. Manusia adalah eksistensi.
Sumber: Adelbert, 2004. Antropologi Berfilsafat. Yogyakarta:Pustaka Filsafat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar