Kontra-Materialisme dan Spiritualisme
Dalam
pandangan Materialisme, manusia dilihat
sebagai bagian dari alam saja.
Manusia Manusia muncul dalam sejarah sebagai hasil suatu evolusi fisiologis dan
biologis Apa yang Manusia hanya merupakan suatu momen dalam kerangka evolusi
kosmos. Pada ketika dalam kosmos
muncullah “benda
yang berpikir”. Dalam
yang me pandangan ini segala kegiatan spirirual kepada suatu proses fisiolo
manusia belaka. Manusia seluruhnya dapat
diterangkan sebagai materi saja.
Keunggulan manusia tampak lagi.
Memang
bahwa manusia adalah materi. adalah
materi. Berpikir, mencintai, main music, dan berdoa membutuhkan
kondisi jasmaniah. Manusia seluruhnya
materi belaka. Pandangan ini menjadi
salah bila dikatakan bahwa manusia hanya sebelah, yang dikenal
“Materialisme”
Materialisme
ditolak oleh eksistensialisme karena bertentangan dengan
pengalaman asasi manusia. Manusia tidak melulu objek. sebagai objek karena ia juga subjek. Manusia hanya
dapat dibahas sebagai objek karena ia juga subjek. Materialisme mengatakan bahwa
manusia adalah materi belaka, tampak
manu ungkapan ini sendiri menjadi suatu kontradiksi. Ungkapan mengandaikan manusia sebagai subjek
yang berefleksi atas dirinya sendiri.
Dengan demikian, kemb Manu
padatnya materi sudah didobrak.
Pandangan
Spiritualisme pun merupakan suatu pandangan berat sebelah. Spiritualisme
berpangkal pada kenyataan bahwa manusia adalah subjek yang berpikir. Kenyataan yang paling utama menurut Descretes
ialah “cogito ergo
sum”. Dunia
diri lebih dahulu dikenal sebagai ide dalam"cogito".
Dunia sebagai suatu kenyataan"fait bersifat sekunder. Descartes sendiri membuktikan bahwa dunia di
luar diri manusia itu ada, tetapi dia
membuka jalan kepada pelbagai jenis idealisme,
Menurut Hegel,
misalnya seluruh sejarah merupakan suatu
gerakan dialektis roh yang mutlak.
Pandangan ini,
menurut Eksistensialisme,
bertentangan dengan pengalaman asasi manusia. Spiritualisme menghapus dunia sebagai suatu
kenyataan. Padahal tak ada subjek tanpa
dunia. Manusia dan dunia tak dapat
dipisahkan. Manusia"me
lekat" pada dunia, dan "melekat'' dunia, dan dunia “melekat” pada manusia. Manusia adalah
eksistensi.
Sumber: Adelbert,
2004. Antropologi Berfilsafat. Yogyakarta:Pustaka
Filsafat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar