Sabtu, 03 Desember 2016

Manusia Makhluk yang Membudaya


Manusia Makhluk yang Membudaya
Hubungan antara manusia dengan dunia khusus nyata dalam kebudayaan. Lain halnya dengan binatang, Binatang hanyalah bagian dari belaka.  belaka.  Hewan tidak jawab atas segala bersifat pasif belaka.  Hewan tidak bertanggung jawab dan membudaya. Fenomena kebudayaan adalah sesuatu yang khas insani. Manusia sekaligus bagian dari alam (matter) dan bertransendersi terhadapnya (spirit). Dunia alam menjadi budaya berkat mansuia. Proses peralihan ini dsebut dengan proses Humansiasi.
Dunia alam menjadi dunia manusiawi.  Apa yang dimaksud dengan dunia alam (nature/natura) jika kata itu dilawankan dengan dunia budaya (culture/cultura). Dalam konteks aturan terakhir ini,  natura  dimaksudkan dengan segala hal yang termasuk kemampuan kodrati termasuk "membudaya".  Dengan dimaksudkan sebagai dunia hal yang mengatasi kemampuan manusia.  Jadi,  yang dimaksudkan dengan kata ''alam"  adalah alam yang belum disentuh oleh manusia.  Dalam pandangan eksistensialis,  dunia selalu dunia budaya sebab ntak dunia suatu dunia yang belum disentuh tidak kita kenal.  Mereka mengatakan, "Dunia tanpa manusia tidak adaKarena,  kata mereka ungkapan “dunia tanpa mansuia” mengandaikan manusia yang berbicara. 
Usaha manusia untuk memakhlukkan dan menyesuaikan alam dengan kebutuhan manusia kita sebut dengan "membudaya"  termasuk manusia itu sendiri.  Dengan memanusiakan alam,  manusia memanusiakan dirinya sendiri.  Dunia dan manusia tidak terpisahkan dan tetap terjalin suatu hubungan timbal balik.  Proses membudaya adalah suatu proses humanisasi.  Humanisasi ini dapat ditafsirkan dalam arti yang sangat luas atau lebih sempit.  Karena itulah muncul bermacam-macam rumusan tentang kebudayaan,  J.W.M. Bakker dalam bukunya Filsafat Kabudyaan,  berpendapat bahwa aspek formal dan humanisasi ini terletak pada karya budi yang mentransformasikan data,  fakta,  situasi dan kejadian alam yang dihadapinya menjadi manusia. Kebudayaan,  adalah penciptaan,  penertiban dan pengolahan nilai kebudayaan dapat berbeda-beda menurut jenis nilainya kebudayaa dimaksud Hal tertentu mendapat nilai bugi manusia dari segi biologis atau dari segi ekonomis kodrat
Sumber: Adelbert, 2004. Antropologi Berfilsafat. Yogyakarta:Pustaka Filsafat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar