Manusia Makhluk yang Membudaya
Hubungan
antara manusia dengan dunia khusus nyata dalam kebudayaan.
Lain halnya dengan binatang,
Binatang hanyalah bagian dari belaka.
belaka. Hewan tidak jawab atas
segala bersifat pasif belaka. Hewan
tidak bertanggung jawab dan membudaya. Fenomena kebudayaan adalah sesuatu yang khas insani. Manusia sekaligus bagian dari alam (matter)
dan bertransendersi terhadapnya (spirit).
Dunia
alam menjadi budaya berkat mansuia. Proses peralihan ini dsebut
dengan proses Humansiasi.
Dunia alam menjadi dunia
manusiawi. Apa yang dimaksud dengan
dunia alam (nature/natura) jika kata itu dilawankan dengan
dunia budaya (culture/cultura). Dalam konteks aturan
terakhir ini, natura dimaksudkan dengan segala hal yang termasuk
kemampuan kodrati termasuk "membudaya". Dengan dimaksudkan sebagai dunia hal yang
mengatasi kemampuan manusia. Jadi, yang dimaksudkan dengan kata ''alam" adalah alam yang belum disentuh oleh
manusia. Dalam pandangan
eksistensialis, dunia selalu dunia
budaya sebab ntak dunia suatu dunia yang belum disentuh tidak kita kenal. Mereka mengatakan, "Dunia tanpa manusia
tidak ada” Karena, kata mereka
ungkapan “dunia tanpa mansuia” mengandaikan
manusia yang berbicara.
Usaha manusia untuk memakhlukkan
dan menyesuaikan alam dengan kebutuhan manusia kita sebut dengan "membudaya" termasuk manusia itu sendiri. Dengan memanusiakan alam, manusia memanusiakan dirinya sendiri. Dunia dan manusia tidak terpisahkan dan tetap
terjalin suatu hubungan timbal balik.
Proses membudaya adalah suatu proses humanisasi. Humanisasi ini dapat ditafsirkan dalam arti
yang sangat luas atau lebih sempit.
Karena itulah muncul bermacam-macam rumusan tentang kebudayaan, J.W.M. Bakker dalam
bukunya Filsafat
Kabudyaan, berpendapat bahwa aspek formal dan humanisasi
ini terletak pada karya budi yang mentransformasikan data, fakta,
situasi dan kejadian alam yang dihadapinya menjadi manusia. Kebudayaan, adalah penciptaan, penertiban dan pengolahan nilai kebudayaan
dapat berbeda-beda menurut jenis nilainya kebudayaa dimaksud Hal tertentu
mendapat nilai bugi manusia dari segi biologis atau dari segi ekonomis kodrat
Sumber: Adelbert,
2004. Antropologi Berfilsafat. Yogyakarta:Pustaka
Filsafat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar