MANUSIA DAN SESAMANYA
Manusia
adalah makhluk yang eksentris Diri manusia terarah keluar. Bab ini
khusus membicarakan relasi manusia kepada sesamanya. Eksistensi manusia adalah koeksistensi yaitu “ada bersama”, Kesosialan ini disebut karena terjalin dalam
eksistensi manusia. Aku menjadi aku
berkat relasi dengan kamu. Aku dipanggil
untuk menjadi sesama untukmu.
Masalah
yang muncul di sini ialah bagaimana kesosialan itu dapat kan dengan keotonoman
manusia? Manusia sebagai makhluk sosial
menjadi diri berkat relasinya dengan sesama,
tetapi sebagai person, manusia
berdiri sendiri. Di sini ada dua
kebenaran yang saling berlawanan, namun
hanya benar dalam kesatuannya.
Individualisme paling mengutamakan keotonomian manusia sebagai
individu. Dalam pandangan mereka
kesosialan menghalangi keotonomiannya.
Sebaliknya, dalam pandangan
determinisme sosial, lingkungan sosial
menentukan kegiatan manusia. Keotonomian
dan kebebasan menurut mereka merupakan ilusi saja, padahal kekhasan manusia justru terletak
dalam kesatuan kedua kebenaran itu.
Perkembangan kesosialan sejalan dengan proses pendewasaan sebagai
person, begitu pula sebaliknya. Semakin manusia menuju keunikannya sebagai
pribadi, kualitas kesosialan juga
semakin berkembang. Kesatuan kedua kebenaran
yang berlawanan itu sangat nyata dalam cinta.
Cinta terarah pada suatu kesatuan yang semakin sempurna. Justru dalam kesatuan cinta masing-masing
anggota semakin menuju identitasnya dan keunikannya sebagai pribadi. Hanya cinta yang sesuai dengan seruan
paradoksal ini.
Kesosialan
mencakup segala bidang kehidupan manusia.
Ekonomi tidak sungguh-sungguh maju hanya dengan tambahan import dan
eksport atau penam bahan pendapatan nasional.
Ekonomi maju dalam arti yang sejati kalau bersifat sosial yaitu
bermanfaat bagi seluruh masyarakat dan masing-masing an Sifat paradoksal ini
juga ditemukan kalau kita renungkan hubungan cinta denganhukum. Justru dalam kesatuan yang bersifat
dinamislah mereka saling mengem bangkan.
Sumber: Adelbert,
2004. Antropologi Berfilsafat. Yogyakarta:Pustaka
Filsafat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar