Penilaian Terhadap Kesosialan
Dimensi sosial diakui dan mendapat banyak perhatian
dalam filsafat dewasa ini, tetapi
kadar penilaian itu berbeda-beda. Seren
Kierkegaard berjuang untuk menyelamatkan manusia sebagai pribadi yang bebas dan
otonom. Kesosialan dinilai negatif
karena mengandung bahaya bagi autentisitas manusia. Hanya hubunganp manusia. perorangan dengan Tuhan yang autentisitas
hubungan dapat menyelamatkan manusia,
Dalam pribadi.
J.P sarter menerima dimensi social dalam filsafatnya,
tetapi relasi “aku-engkau” selalu gagal dan tidak ada kemungkinan lain selain
kegagalan. Aku sebagai subjek selalu diobjekkan. Manusia hanya bias mencapai
kebebasan dan harga diri yang penuh jika ia sendirian saja. Sesame itu merupakan penyelusupan, penyelundupan,
dan inflantar terhadap kesadaran.
Dalam
sorotan mata orang, kepribadianku
ditolak dan menjadi objek. Dalam
pertemuan dengan orang lain seperti di dalam bus atau kereta api duaorang
Akhirnya, yang satu menang dan yang lain
kalah. "Ia harus tunduk kepadaku” Seseorang menyendiri di sebuah
kamar. Pada suatu ketika ia sadar bahwa
dirinya diintip orang lain melalui lubang kunci. Orang yang mengintip itu juga diintipoleh
seseorang yang lain. Orang yang diintip
itu dijadikan objek. Ia merasa
direndahkan kehilangan otonomi dan kebebasannya serasa dibekukan.
Kebebasan
dalam pandangan Sartre seharusnya mutlak,
boleh
melakukan atas
apa saja yang dikehendaki, tetapi aku
hanya dapat bebas dalam kesendirian.
Dalam sorotan mata, kebebasanku
menjadi tampak di muka umum dan membeku,
kebebasanku dijadikan objek belaka dan aku merasa malu. Persaingan dan permu- suhan dianggap konstitutif bagi relasi''aku-engkau". Kata"kita" dalam pandangan Sartre berarti solider. Bersama-sama membenci musuh yang sama dengan
meng objekkan sesama. Antarsubjektiitas, menurut Sartre, Di sini tampak seolah-olah tak ada suatu cara
lain lagi selain saling memandang dengan sorotan mata kebencian.
Sumber:
Adelbert, 2004. Antropologi Berfilsafat. Yogyakarta:Pustaka
Filsafat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar