Sabtu, 03 Desember 2016

Penilaian Terhadap Kesosialan


Penilaian Terhadap Kesosialan
 Dimensi sosial diakui dan mendapat banyak perhatian dalam filsafat dewasa ini, tetapi kadar penilaian itu berbeda-beda.  Seren Kierkegaard berjuang untuk menyelamatkan manusia sebagai pribadi yang bebas dan otonom.  Kesosialan dinilai negatif karena mengandung bahaya bagi autentisitas manusia.  Hanya hubunganp manusia.  perorangan dengan Tuhan yang autentisitas hubungan dapat menyelamatkan manusia,  Dalam pribadi. 
J.P sarter menerima dimensi social dalam filsafatnya, tetapi relasi “aku-engkau” selalu gagal dan tidak ada kemungkinan lain selain kegagalan. Aku sebagai subjek selalu diobjekkan. Manusia hanya bias mencapai kebebasan dan harga diri yang penuh jika ia sendirian saja.  Sesame itu merupakan penyelusupan, penyelundupan, dan inflantar terhadap kesadaran.
Dalam sorotan mata orang,  kepribadianku ditolak dan menjadi objek.  Dalam pertemuan dengan orang lain seperti di dalam bus atau kereta api duaorang Akhirnya,  yang satu menang dan yang lain kalah. "Ia harus tunduk kepadakuSeseorang menyendiri di sebuah kamar.  Pada suatu ketika ia sadar bahwa dirinya diintip orang lain melalui lubang kunci.  Orang yang mengintip itu juga diintipoleh seseorang yang lain.  Orang yang diintip itu dijadikan objek.  Ia merasa direndahkan kehilangan otonomi dan kebebasannya serasa dibekukan. 
Kebebasan dalam pandangan Sartre seharusnya mutlak,  boleh melakukan atas apa saja yang dikehendaki,  tetapi aku hanya dapat bebas dalam kesendirian.  Dalam sorotan mata,  kebebasanku menjadi tampak di muka umum dan membeku,  kebebasanku dijadikan objek belaka dan aku merasa malu.  Persaingan dan permu-  suhan dianggap konstitutif bagi relasi''aku-engkau".  Kata"kita"  dalam pandangan Sartre berarti solider.  Bersama-sama membenci musuh yang sama dengan meng objekkan sesama.  Antarsubjektiitas,  menurut Sartre,   Di sini tampak seolah-olah tak ada suatu cara lain lagi selain saling memandang dengan sorotan mata kebencian.
Sumber: Adelbert, 2004. Antropologi Berfilsafat. Yogyakarta:Pustaka Filsafat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar