Aliran dalam Filsafat
Matematika
Para ahli banyak
berbeda pendapat tentang pemikiran filsafat dan matematika. Pemikiran tentang
matematika diwarnai dengan perdebatan sengit antara ahli matematika yang satu
dengan ahli matematika lainnya. Karena adanya perdebatan ini seoalah-olah
para ahli terkotak-kotak menurut kelompoknya masing-masing berdasarkan sudut
pandang pandang dan ide yang dikeluarkannya. Sumardyono (2004) menjelaskan
bahwa secara umum terdapat tiga aliran besar yang mempengaruhi perkembangan
matematika, termasuk perkembangan pendidikan matematika, yakni:
1. Aliran Logikalisme atau Logisisme
Logisisme
memandang bahwa matematika sebagai bagian dari logika. Penganutnya antara lain
G. Leibniz, G. Frege (1893), B. Russell (1919), A.N. Whitehead dan R.
Carnap(1931). Logisme dipelopori oleh filsuf Inggris bernama Bertrand Arthur
William Russell menerima logisisme adalah yang paling jelas, pernyataan penting
yang dikemukakannya, yaitu semua konsep matematika secara mutlak dapat
disederhanakan pada konsep logika dan semua kebenaran matematika dapat
dibuktikan dari aksioma dan aturan melalui penarikan kesimpulan secara logika
semata. Dengan demikian logika dan matematika merupakan bidang yang sama karena
seluruh konsep dan dalil matematika dapat diturunkan dari logika.
Secara umum,
ilmu merupakan pengetahuan berdasarkan analisis dalam menarik kesimpulan
menurut pola pikir tertentu. Matematika, menurut Wittgenstein, merupakan metode
berpikir logis. Berdasarkan perkembangannya, masalah logika makin lama makin
rumit dan membutukan suatu metode yang sempurna. Dalam pandangan inilah, logika
berkembang menjadi matematika. Menurut Russell, bahwa “ matematika merupakan
masa kedewasaan matematika, sedangkan logika adalah masa kecil matematika”.
2. Aliran Formalisme
Landasan
matematika formalisme dipelopori oleh ahli matematika besar dari Jerman David
Hilbert. Menurut airan ini sifat alami dari matematika ialah sebagai sistem
lambang yang formal, matematika bersangkut paut dengan sifat – sifat struktural
dari simbol – simbol dan proses pengolahan terhadap lambang – lambang itu.
Simbol – simbol dianggap mewakili berbagai sasaran yang menjadi obyek
matematika. Bilangan – bilangan misalnya dipandang sebagai sifat – sifat
struktural yang paling sederhana dari benda – benda.
3. Aliran Intuitonisme
Aliran
intuitonisme yang dipelopori oleh ahli matematik dari Belanda yaitu Luitzen
Egbertus Jan Brouwer, be;iau berpendirian bahwa matematika adalah sama dengan
bagian yang eksak dari pemikiran matematika. Ketetapan matematika terletak
dalam akal manusia dan tidak pada simbol – simbol di atas kertas. Selanjutnya
intuisionis menyatakan bahwa obyek segala sesuatu termasuk matematika,
keberadaannya hanya terdapat pada pikiran kita, sedangkan secara eksternal
dianggap tidak ada.