SAINS DAN FILSAFAT: BEBERAPA KESALAHPAHAMAN
Sekarang kita
akan menerapkan pembicaraan kita sebelum tentang permaslaahn empiris untuk
membedakan anatar permalsalahn sains dengan permasalahan filsafat. dalam
prosesnya, kita akan mencoba membenahai kesalapahaman yang mungkin ada:
Pertama, mari kita amati bahwa para
filsuf depat mengajukan permaslaahan empiris, dan para ilmuan bias saja
mengajukan permasalahan filsafat.
Kedua, hipotesis empiris kadang kala mepunyai
bentuk-bentuk yang sanagt tidak biasa, atau spekulatif. Jangan sampai kita
terkelabui, dan menganggap bahwa itu teori filsafat yang tersembunyi.
Ketiga, mari kita
menyoroti kesalahpahaman yang kerap dilakukan orang dalam emmbedakan sians
dengan filsafat, yakni bahwa sains hanya dapat menggeluti dunia yang dapat
diamati, sedagkan filsafat menggeluti proses-proses yang misterius dan tak
teramati.
Terakhir, kesalahan fatal dalam memahami hubungan anatar
sains dengan filsafat adalah keyakinan bahwa data empiris tidaklah relevan bagi
pembahasan filsafat. Memang benar bahwa fakta empiris tidak memainkan peran
yang eksklusif dalam upaya mempertahankan atau mengkritik suatu klaim filsafat.
Peran empiris juga tidak memerankan
peran konklusif. Maksudnya, dalam dirinya sendiri fakta-fakta itu tidak memberikan
jawaban final dan menyeluruh terhadap suatu permasalahan filsafat. Kendati
demikian, fakta empiris selalu berperan, yang besar kecilnya bergantung pada
hakikat persoalan serta asumsi filsuf yang bersangkutan.
Sumber: Mark,B. 2000. Berfilsafat
sebuah langkah besar. Yogyakarta: Anisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar