PANDANGAN FILSAFAT: PANDANGAN ANALITIS
Pandangan
analitis memiliki tujuan yang persis berlawanan dengan tujuan filsafat
tradisional. Yang tekanannya bukanlah upaya memadukan kepingan-kepingan
(keyakinan dan kosep yang berserakan) kedlam suatu gambar yang utuh (dengan menggunakan prinsip-prinsip
pemersatu) melainkan pertama dan terutama menguraikan dan menjelaskan
kepingan-kepingan itu sendiri. sejalan dengan penekanan itu, diyakini bahwa
banyak permasalahan dan teori filsafat tradisional disebebkan oleh kekecauan
bahasa, karena kata-kata dan kalimat-kalimat yang tampaknya menunuk pada suatu
arti ternyata bisa saja menunjuk pada arti yang berbeda. Tujuan filsafat
seharusnya menangani masalah ini dengan mengungkap kekacauan tersebut dan
menganalisis konsep-konsep tersebut.
Pada masa
kejayaan analitis beberapa puluh tahun lalu, para filsuf pendukung aliran ini
menyatakan bahwa tugas pertama dan utama seorang filsuf adalah menjelaskan
makna, bukan mencari kebenaran-kebenaran
baru tentang keyakinan. Filsafat seharusnya lebih banyak berperan membantu kita
mempertimabngkan kembali apa-apa yang kita anggap sudah kita ketahui menambah
pengetahuan kita tentang dunia. Dismaping menolak pandangan tradisonal, mereka
juga menyatakan bahwa bukan tugas filsuflah untuk merumuskan patokan-patokan
nilai, menganjurkan bagaimana orang seharusnya bertingakh laku, memperdebatkan
sistem politik macam apa yang terbaik, atau mengajari kita tentang apa yang
membuat suatu karya seni dikatakan hebat. Para filsuf, menerut mereka, tiodak
memiliki kompetensi khusus untuk menginterpretasikan niali kecuali sebatas
menganalisis ciri-ciri logisnya.
Belakangan,
sikap itu sudah banyak berubah. Filsafat analitis memang memegang teguh
metode-metode yang ketat secara teknis, namun sedikit banyak telah kembali ke
pengertian tradisional tentang tujuan filsafat. penekanan terhadap makna masih
tetap ada, namun kini dimbangi dengan upaya baru oencarian kebenaran-kebenaran
moral, politis dan metafisik. Orang sepakat, para filsuf memiliki kemampuan
kritis yang khusus dalam menginterpretasikan nilai-nilai kemanusiaan. Meskipun
perubahan orientasi tersebut spertinya memunculkan kontradiksi, tercermin bahwa
ada kebutuhan akan suatu perspektif yang seimbang. Semua disiplin keilmuan
selalu mengalami perkembangan tidak terkecuali filsafat.
Sumber: Mark,B. 2000. Berfilsafat
sebuah langkah besar. Yogyakarta: Anisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar