Senin, 07 November 2016

Ciri-ciri Pemikiran Filsafat


CIRI-CIRI PEMIKIRAN FILSAFAT
Menurut Clarence I. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedngkan sisi yang tekandung berbafai kegiatan/problem kehidupan manusia tersebut dikatakan sampai pada drajat pemikiran filsafat, tetapi dalam kegiatan atau problem yang terdapat beberapa ciriyang dapat mencapaaiderajat pemikiran filsafat adalah sebagai  berikut:
a.       Secara umum atau universal
Pemikiran  filsafat mempunyai kecederungan sangat umum,dan tingkat keumumannya sanagt tinggai. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan objek-obhek khusus, akan ettapi brsangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum, misalnya tentang manusia, tentang keadilan, tentang kebebasan, dan lainnya.
b.      Tidak faktual
Kata lain dari tidak faktual adala spekulatif, yang artinya filsafat membuat dugaan –f=dugaan yang masuk akan mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan pada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui tapal batas dari fakta-fakta pengetahuan ilmiah. Jawaban yang didapat dari dugaan-dugaan tersebut sifatnya juga spekulatif. Hal ini bukan berarti bahwa pemikiran filsafat tidal ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk dalam lingkungan kewenangan ilmu khusus.
c.       Bersangkutan dengan nilai
Yang dibicarakan dalam penilaian adalah tentang  yang baik dan buruk, yang susila dan asusila dan akhirnya filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai.
d.      Berkaitan dengan arti
Seuatu yang bernilai tentu didalamnya penuh dnegan arti, agar para filosof dalam mengungkapkan ide-idenya sarat dengan arti, para filosof harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa yang tepat (ilmiah), sema itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan/sesat pikir (fallacy)
e.       Implikatif
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung implikasi (akibat logis). Dari implikatif tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran baru sehuingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis: dari tesis ke anti tesis kemudian sintesis, dan seterusnya, sehingga tiada habis-habisnya. Pola pemikiran yang implikatif (dialektif) akan dapat menyuburkan intelektual.
Sumber: Achmadi, Asmoro. 2009. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar