Sabtu, 12 November 2016

Pendekatan ontologis


Pendekatan ontologis

Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada, dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang objek apa yang ditelaah oleh ilmuwan.
Secara ontologi ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuwan hanya pada daerah-daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek penelaahan yang berda dalam batas pra-pengalaman dan pasca pengelaman diserahkan ilmu pada pengetahuan lain. ilmu hanya merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak  pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan dalam batas ontologis tertentu. Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang mensyaratkan adanya verifikasi secara empiris dalam proses penemuan danpenyususnan pernyataan yang bersifat benar secara ilmiah.
Dalam kaitannya dengan kaidah moral bahwa dalam menetapkan objek penelaahan, kegiatan keilmuan tidak boleh melakukan upaya yang bersifat mengubah kodrat manusia , merendahkan martabat manusia, dan mencampuri permaslaahan kehidupan. Disamping itu secara ontologis ilmu bersifat netral sebab nilai-nilai yang bbersifat dogmatik dalam menafsirkan hakikat realitas sebab ilmu merupakan upaya manusia untuk mempelajari alam sebagaimana adanya.

Sumber: Surajiyo. 2013. Filsafat Ilmu dan perkembangan di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Unsur unsur metodologi


Unsur unsur metodologi
1.      Interprestasi, artinya menafsirkan tetapi tidak bersifat subjektif melainkan harus bertumpu pada evidensi objektif untuk mencapai kebenaran yang autentik.
2.      Induksi dan deduksi, dikatakan oleh beerling bahwa setiap ilmu terdapat menggunakan metode induksi dan deduksi menurut pengertian siklus empiris.
3.      Koherensi intern, yaitu usaha untuk memahami secara benar guna memperoleh hakikat dengan menunjukan semua unsur struktural dilihat dalam suatu struktur yang konsisten sehingga benar-benar merupakan internal structure  atau internal relation.
4.      Holistis, tinjauan secara lebih dalam mencapai kebenaran secara utuh, objek dilihat interaksi sengan seluruh kenyataannya.
5.      Kesinambungan historis, jika ditinjau menurut perkembanganna manusia itu dalah makhluk historis, manusia disebut demikian karena ia berkembang dalam pengalaman dan pikiran bersama dengan lingkungan zamannya.
6.      Idealisasi, merupakan proses untuk membuat ideal, artinya upaya untuk peneliat untuk memperoleh hasil yang ideal atau yang sempurna.
7.      Komparasi, adalah usaha untuk memperbandingkan sifat hakiki dalam objek penelitian sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam.
8.      Heuristike, adalah metode untuk menemukan jalan baru secara ilmiah untuk memecahkan masalah.
9.      Analigikal, adalah filsafat penelitian arti, nilai, dan maksud yang diekspresikan dalam fakta dan data.
10.  Deskripsi, seluruh hasil penelitia harus dapat dideskripsiskan.

Sumber: Surajiyo. 2013. Filsafat Ilmu dan perkembangan di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Keberagaman dan pengelompokan ilmu pengetahuan


Keberagaman dan pengelompokan ilmu pengetahuan

Kumpulan pernyataan ilmuwan suatu objek yang memuat pengetahuan ilmiag oleh The Liang Gie (2000) mempunyai empat bentuk:
1.      Deskripsi, ini merupakan kumpulan pernyataan bercorak deskriptif dengan memberikan mengenai bentuk, sususnan, peranan dan hal-hal terperinci lainnya dari fenomenal yang bersangkutan.
2.      Preskripsi, ini merupakan kumpulan pernyataan bercorak preskripsi dengan memberikan petunjuk atau ketentuan mengenai apa yang perlu berlangsung atau sebaliknya dilakukan dalam hubungannnya dnegan objek sederhana itu.
3.      Eksposisis pola, bentuk ini merangkum pernyataan yang memaparkan pola dalam sekumpulan sifat, ciri, kecenderungan atau proses lainnya dari fenomena yang telah ditelaah.
4.      Rekonstruksi historis, bentuk ini merangkum pernyataan yang berusaha menggambarkan atau menceritakan dengan penjelasan atau alasan yang diperlukan pertumbuhan sesuatu hal pada masa lampau yang jauh baik secara ilmiah atau karena campur tangan manusia.


Sumber: Surajiyo. 2013. Filsafat Ilmu dan perkembangan di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Ciri pokok ilmu pengetahuan


Ciri pokok ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan atau pengetahuuan ilmiah menurut The Liang Gie (198) mempunyai 5 ciri pokok:
1.      Empiris,pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan
2.      Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersususn sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur
3.      Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi
4.      Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya kedalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan dan peranan dan bagian-bagaian itu
5.      Verifikatif, dapat diperiksa kebenarananya oleh siapapun juga.


Sumber: Surajiyo. 2013. Filsafat Ilmu dan perkembangan di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Manfaat belajar Filsafat Ilmu


Manfaat belajar Filsafat Ilmu
Ditengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, para ilmuan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap kedalam sikap arogansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan adalah sikap keterbukaan diri dikalangan ilmuwan, sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan umat manusia.
Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu secara umum mengandung manfaat sebagai berikut:
1.              Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian oenalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuah harus memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistik, yakni menganggap hanya pendapatnya yang paling benar.
2.              Filsafat ilmu merupakan usaha untuk merefleksi, menguji mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi dikalangan para ilmuwan menerepkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. satu sikap yang diperlukan disini adalahmenerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan bukan sebaliknya.
3.              Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan, seyiap metode ilmiah yang dikembangakan harus dapat dipertanggung jawabkan secara logis-rasional agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
Sumber: Surajiyo. 2013. Filsafat Ilmu dan perkembangan di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara