PENDIRIAN MUSLIM
TERHADAP FALSAFAT
Seperti
diketahui baik ilmu pengetahuan maupun falsafah keduanya berusaha mencari
kebenaran. Tujuan utamanya yang ingin dicapai tidak lain daripada kebenaran. Telah
diketahui kebenaran ilmu pengetahuan memilki persamaan dengan kebenaran
falsafah. Persamaannya bahwa kebenaran yang diperoleh dari kedua disiplin itu
sama-sama bersifat relatif.
Dalam ilmu pengetahuan tidakpernah dikenal
dengan istilah final, karena suatu eori harus segera diubah apabila munculnya
teori baru yang lebih kuat karena didukung oleh bukti-bukti yang lebih akurat. Dalam
dunia Falsafah kita mengenal dari
sejarahnya bahwa pemikiran-pemikiran dan konsepsi-konsepsi filosofis senantiasa
berubah-ubah dari zama ke zaman. Hal ini menunjukan bahwa sesungguhnya kebenaran falsafah itu adalah bersifat nisbih dan bahwa jawaban falsafah terhadap sesuatu persoalan bukanlah jawaban yang bersifat absolut
dan pasti.
Perbedaan antara
Kebenaran Ilmu Pengetahuan dengan Kebenaran
Falsafah ialah bahwa yang pertama bersifat
positif sedangkan yang kedua (falsafah) bersifat spekulatif. Kebenaran ilmu pengetahuan
dapat diuji secara empiris dan dapat dibuktikan dengan nyata. Adapun kebenaran
falsafah, sifatnya spekulatif karena ia berbicara tentang hal-hal yang serba abstrak, serba universal yang tidak dapat dieksperimentasi,
tidak dapat diuji. Kalau seorang filosof mengatakan bahwa “Tuhan itu adalah nous (akal murni)” pendapat ini dapat diterima
sebagai kebenaran yang bersifat spekulatif. Tuhan tidak mungkin dilihat atau di
teliti di laboratorium untuk membuktikannya bahwa apakah Dia akal atau materi. Gerak
di alam ini tidak dapat diamati dan diobservasi untuk membuktikan keabadiannya
karena manusia itu sendiri bersifat fana. Maka sebagai seorang muslim di dalam
menghadapi berbagai macam kebenaran itu, kita sepatutnya harus dapat membedakan
antara Kebenaran Falsafah, Kebenaran Ilmu
Pengetahuan, dan Kebenaran Wahyu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar