Senin, 03 Oktober 2016

Pendirian Muslim terhadap Falsafat


PENDIRIAN MUSLIM TERHADAP FALSAFAT
Seperti diketahui baik ilmu pengetahuan maupun falsafah keduanya berusaha mencari kebenaran. Tujuan utamanya yang ingin dicapai tidak lain daripada kebenaran. Telah diketahui kebenaran ilmu pengetahuan memilki persamaan dengan kebenaran falsafah. Persamaannya bahwa kebenaran yang diperoleh dari kedua disiplin itu sama-sama bersifat relatif.
Dalam ilmu pengetahuan tidakpernah dikenal dengan istilah final, karena suatu eori harus segera diubah apabila munculnya teori baru yang lebih kuat karena didukung oleh bukti-bukti yang lebih akurat. Dalam dunia Falsafah kita mengenal dari sejarahnya bahwa pemikiran-pemikiran dan konsepsi-konsepsi filosofis senantiasa berubah-ubah dari zama ke zaman. Hal ini menunjukan bahwa sesungguhnya kebenaran falsafah itu adalah bersifat nisbih dan bahwa jawaban falsafah terhadap sesuatu persoalan bukanlah jawaban yang bersifat absolut dan pasti.
Perbedaan antara Kebenaran Ilmu Pengetahuan  dengan Kebenaran Falsafah ialah bahwa yang pertama bersifat positif sedangkan yang kedua (falsafah) bersifat spekulatif. Kebenaran ilmu pengetahuan dapat diuji secara empiris dan dapat dibuktikan dengan nyata. Adapun kebenaran falsafah, sifatnya spekulatif karena ia berbicara tentang hal-hal yang serba abstrak, serba universal yang tidak dapat dieksperimentasi,  tidak dapat diuji. Kalau seorang filosof mengatakan bahwa “Tuhan itu adalah nous (akal murni)” pendapat ini dapat diterima sebagai kebenaran yang bersifat spekulatif. Tuhan tidak mungkin dilihat atau di teliti di laboratorium untuk membuktikannya bahwa apakah Dia akal atau materi. Gerak di alam ini tidak dapat diamati dan diobservasi untuk membuktikan keabadiannya karena manusia itu sendiri bersifat fana. Maka sebagai seorang muslim di dalam menghadapi berbagai macam kebenaran itu, kita sepatutnya harus dapat membedakan antara Kebenaran Falsafah, Kebenaran Ilmu Pengetahuan, dan Kebenaran Wahyu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar