Kesenjangan antara kebenaran dan fakta
Pada zaman
dahulu, nilai-nilai kebenaran sangat dijunjung tinggi baik oleh orang tua,
pendidik, ulama, dan anggota masyarakat dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat., berbangsa, dan bernegara. Prinsip satu kata dengan perbuatan
atau perilaku masih terwujud dalam fakta yang dapat diamati. Sebagai contoh,
keluarga kaum ulama pada zaman dahulu masih konsisten dalam menjalankan ajaran
agama islam tentang etika bergaul anta pria dan wanita, etika cara berpaikaian
menurut islam bagi kaum pria dan wanita, serta etika-etika lain yang semuanya
telah diatur dalam Al Qur’an dan Hadist. Ajaran-ajaran dalam islam tersebut
merupakan suatu kebaikan dan kebenaran yang sifatnya mutlak. Karena itu tata
cara bergaul antara pria dan wanita serta tata cara berpakaian anatar pria dan
wanita islam dizaman praglobalisasi penuh dnegan nilai-nilai dan etika tentang
sopan-santun. Fenomena ini terwujud dalam fakta dimasyarakat yang dapat diamati
dalam kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya di
era globalisasi, nilai-nilai kebenrana khususnya etika bergaul dan tata cara
berpakaian anatara pria dan wanita dalam islam sudah mulai ditinggalakan oleh
sebagian anggota masyarakat remaja yang terwujud dalam fakta. Sebagai contoh
ajaran islam tentang ‘larangan mendekati zina’ sebagai suatu ajaran mengandung
nilai kebenaran yang mutlak, kini telah ditinggalkan oleh sebagian remaja yang
berpola pikir kebarat-baratan. Islam juga mengajarkan nilai sopan-santun yang
mengandung nilai kebenaran tentang keharusan kaum wanita untuk menutup aurat,
namun dalam faktanya, sebagian remaja telah menganggap ajaran itu tidak benar
atau kuno sehingga nilai kebenaran agama mengalami krisis dan kesenjangan
dengan kenyataan atau fakta yang diamati dala kehidupan sehari-hari
dimasyarakat.
Pada dasarnya
kebenaran dalah sesuatu yang ada secara objektif, logis dan merupakan yang
terjadi yang dapat diterima secara logis dan merupakan sesuatu yang empiris. Sedangkan
fakta merupakan kenyataan yang terjadi yang dapat diterima secara logis dan
dapat diamati secara nyata dengan pancaindra manusia.
Kasus jatuhnya
pesawat Mandala di Medan beberapa tahun yang lalu merupakan contoh sutu fajta
yang etrjadi dilapangan. Kenyataan berupa kasus jatuhnya pesawat tersebut
merupakan sutu kasus yang benar adanya. Dengan kebenaran atas terjadinya
kecelakaan pesaat merupakan suatu fakta yang tidak bisa dibantah lagi atas
kebenarannya., baik secara logikan maupun empiris. Contoh lain, shalat dapat
mencegah manusia kepada kemunkaran suatu kebenaran wahyu yang tidak dapat
dibantah lagi, baik secara logika maupun secara empiris, karena dalam
kenyataanya apabila orang shalatnya baik dan benar, maka prilakunya menjadi
bagus di masyarakat.
Dari uraian dan
kedua contoh diatas, menunjukan bahwa antara kebenaran dan fakta merupakan dua
sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. dengan kata lain,
antar fakta dan kebenaran, dan anatara kebenaran dan fakta merupakan dua hal
yang berkaitan sangat erat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar