Senin, 03 Oktober 2016

Kedudukan dan Fungsi Akal


KEDUDUKAN DAN FUNGSI AKAL
Akal berasal dari bahasa arab, yaitu dari katajadian ;Aqala, Ya’qilu, ‘Aqlan, yang secara etimologis berarti mengikat atau menahan, mengerti dan membedakan. Dari pengertian ini kemudian dihubungkan baha akal merupakan daya yang terdapat dalam diri manusia yang dapat menahan atau mengikat pemilikinya bahwa akal merupakan salah satu unsur yang membedakan manusia dari makhluk (khususnya binatang) karena akal itu dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk.
Kata Akal  dalam bahasa indonesia disebut dengan pikiran, pikiran (rasio) merupakan salah satu dari dua unsur atau bagian yang menjadi pelengkap akal. Bagian lainnya dalah rasa. Dengan kata lain akal memilki pengertian yang lebih luas daripada pikiran, karena akal yang lengkap merupakan jalian perpaduan antara pikir dan rasa, meskipun antara rasio dan rasa gterdapat pemisahan yang jelas karena masing-masing berpotensi untuk bekerja sendiri-sendiri. Akal merupakan salahs atu dari dua daya (potensi) pada rohani manusia yang berpikir dengan menggunakan kepala (otak) sebagai pusatnya.
Islam mengakui baha akal adalah salah satu alat atau sarana yang sangat penting bagi manusia. Disamping sebagai alat untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang amat dihajatkan oleh manusia dlam kehidupannya., akalpun merupakan salah satu persyaratan mutlak bagi adanya taklif atau agama yang dibebankan kapada manusia. Bahkan diakui bahwa akal adalah sumber hukum islam ketiga sesudah Al-Qur’an dan Al-Hadist. Begit pentingnya akal dalam islam sehingga Rasulullah s.a.w. bersabda:
‘... tidak ada agama bagi orang yang tidak mempunya akal.’ (H.R. Bukhari)
Tetapi perlu diketahui  bahwa meskipun akal mempunyai kedudukan dan posisi yang sangat penting dalam sistem kejadian manusia, tetapi islam tidak menganggap bahwa akal merupakan faktor utama yang menjadikan manusi makhluk termulia dan terbaik.  Karena bagaimanapun juga akal tidak dapat dijadikan sebagai faktor penentu dan dilepaskan bebas untuk menetapkan kebenaran-kebenaran tanpa bimbingan dti unsur-unsur lain yang juga telah dianugrahkan kepada manusia seperti rasa, keyakinan (iman) dan syari’at (wahyu). Ini disebabkan karena kal itu sendiri adalah nisbi atau relatif seperti yang diakui oleh hampir seluruh ahli ilmu pengetahuan dan falsafah.
I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar