KEDUDUKAN DAN FUNGSI AKAL
Akal berasal
dari bahasa arab, yaitu dari katajadian ;Aqala,
Ya’qilu, ‘Aqlan, yang secara etimologis berarti mengikat atau menahan,
mengerti dan membedakan. Dari pengertian ini kemudian dihubungkan baha akal
merupakan daya yang terdapat dalam diri manusia yang dapat menahan atau
mengikat pemilikinya bahwa akal merupakan salah satu unsur yang membedakan
manusia dari makhluk (khususnya binatang) karena akal itu dapat membedakan antara
yang baik dengan yang buruk.
Kata Akal dalam bahasa indonesia disebut dengan pikiran,
pikiran (rasio) merupakan salah satu dari dua unsur atau bagian yang menjadi
pelengkap akal. Bagian lainnya dalah rasa. Dengan kata lain akal memilki
pengertian yang lebih luas daripada pikiran, karena akal yang lengkap merupakan
jalian perpaduan antara pikir dan rasa, meskipun antara rasio dan rasa
gterdapat pemisahan yang jelas karena masing-masing berpotensi untuk bekerja
sendiri-sendiri. Akal merupakan salahs atu dari dua daya (potensi) pada rohani
manusia yang berpikir dengan menggunakan kepala (otak) sebagai pusatnya.
Islam mengakui
baha akal adalah salah satu alat atau sarana yang sangat penting bagi manusia. Disamping
sebagai alat untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang amat dihajatkan oleh
manusia dlam kehidupannya., akalpun merupakan salah satu persyaratan mutlak
bagi adanya taklif atau agama yang dibebankan kapada manusia. Bahkan diakui
bahwa akal adalah sumber hukum islam ketiga sesudah Al-Qur’an dan Al-Hadist. Begit pentingnya akal dalam islam sehingga
Rasulullah s.a.w. bersabda:
‘...
tidak ada agama bagi orang yang tidak mempunya akal.’ (H.R. Bukhari)
Tetapi perlu
diketahui bahwa meskipun akal mempunyai
kedudukan dan posisi yang sangat penting dalam sistem kejadian manusia, tetapi
islam tidak menganggap bahwa akal merupakan faktor utama yang menjadikan manusi
makhluk termulia dan terbaik. Karena
bagaimanapun juga akal tidak dapat dijadikan sebagai faktor penentu dan
dilepaskan bebas untuk menetapkan kebenaran-kebenaran tanpa bimbingan dti
unsur-unsur lain yang juga telah dianugrahkan kepada manusia seperti rasa, keyakinan (iman) dan syari’at (wahyu).
Ini disebabkan karena kal itu sendiri adalah nisbi atau relatif seperti yang
diakui oleh hampir seluruh ahli ilmu pengetahuan dan falsafah.
I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar