Kamis, 06 Oktober 2016

Kepribadian manusia dan pendidikan


Kepribadian manusia dan pendidikan
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang sudah ribuan abad menghuni bumi. Sebelum terjadi proses pendidikan diluar dirinya, pada awalnya manusia cenderung berusaha melakukan pendidikan pada dirinya sendiri, dimana manusia berusaha mengerti dan mencari hakikat kepribadian tentang siapa diri mereka sebenarnya.
Dalam prosesnya, peran efektif  terhadap pembinanaan kepribadian manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan didukung oleh faktor pembawaan manusia sejak lahir. Dalam kaitan ini, perlu ditinjau kembali tentang teori nativisme, empirisme, dan konvergensi. Pada dasarnya, tujuan pendidikan secara umum adalah untuk membina kepribadian manusia secara sempurna. Kriteria sempurna ini ditentukan oleh masing-masing pribadi, masyarakat, bangsa, tempat dan waktu. Pendidikan yang gterutama dianggap sebagai transfer kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan akan membawa masalah seperti itu. Dengan demikian, ilmu pengetahuan memiliki nilai-nilai praktis didalam kehidupan, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat.

Pandangan ilmu pengetahuan tentang manusia


Pandangan ilmu pengetahuan tentang manusia
Hampir semua disiplin ilmu pengetahuan berusaha menyelidiki dan mengerti tentang makhluk yang bernama manusia. Begitu juga pendidikan, secara khusus tujuannya adalah untuk memahami dan mandalami hakikat manusia.
Menurut tinjauan islam, manusia adalah pribadi atau individu yang berkeluarga, selalu bersilaturahmi, dan pengabdi Tuhan. Manusia juga memelihara alam sekitar, wakil Allah SWT. Diatas muka bumi ini (Muntasir, 1985;3). Manusia dalam pandangan islam selalu berkaitan dnegan kisah tersendiri, tidak hanya sebagai hewan, tingkat tinggi yang berkuku pipih, berjalan dengan dua kaki dan berbicara. Tuhan yang lain, karena itu manusia disuruh menggunakan akalnya dan indranya agar tidak salah memehami mana kebenaran yang sesungguhnya mana kebenaran yang dibenarkan, atau dianggap benar (Jalaludin & Usman said, 1994;28)
Eksistensi manusia yang padat itulah yang perlu dimengerti dan dipikirkan. Karena yang dasarnya manusia adalah makhluk religius yang dengan pernyataan itu mewajibkan manusia memperlakukan agama sebagai satu kebenaran yang harus dipatuhi dan diyakikni (Muhamin, 1989;69). Untuk itu, sangat penting membangun manusia yang sanggup melakukan pembangunan duniawi, yang mempunyai arti bagi hidp pribadi di akhirat kelak. Dengan kata ;lain, usaha pembinaan manusia ideal tersebut merupakan program utama dalam pendidikan modern pada masa-masa sekarang.

Pandangan Filsafat tentang Hakikat Manusia


Pandangan Filsafat tentang Hakikat Manusia
Ilmu yang mempelajari tentang hakikat manusia disebut antropologi filsafat. Dalam hal ini, terdapat 4 aliran, yaitu: pertama, aliran serba zat. Aliran ini akan mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanya zat atau materi. Alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam. Kedua, aliran serba roh. Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat manusia yang ada didunia ini adalah roh. Hakikat manusia juga roh. Ketiga, aliran dualisme. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu hakikatnya berdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani. Keempat, aliran eksistensial. Aliran filsafat modern berpandangan bahwa hakikat manusia merupakan eksistensi dari manusia. Disini manusia dipandang tidak dari sudut serba zat atau serba roh atau dualisem,tetapi dari segi eksistensi manusia di dunia ini.
Filsafat berpandangan bahwa hakikat manusia itu berkaitan antara badan dan roh. Islam secara tegas mengatakan bahwa bandan dan roh adalah substansi alam, sedangkan adalah makhluk dan keduanya adalah ciptaan Allah. Dalam hal ini dijelaskan baha proses perkembangan dan pertumbuhan manusia menurut hukum alam materiil. Menurut islam, manusia terdiri dari substansi materi dari bumi dan roh dari Tuhan. Oleh karena itu, hakikat manusia adalah roh sedangkan jasadnya hanyalah alat yang dipeergunakan roh semata.
Manusia memiliki banyak sifat yang serupa dengan makhluk lain. meski demikian, ada seperangkat perbedaan antara manusia dengan makhluk lain., yang menganugrahi keunggulan pada manusia.(Muthahhri, 1992;62). Kenyataan inilah terkadang membuat manusia berpikir bahwa mereka merupakan mereka merupakan salah satu dari margasatwa (animal kingdom) disaat lain mereka juga akan merasa warga dunia idea dan nilai (Anshari, 1992;6). Pandangan seperti itulaj yang pada akhirnya akan memperlihatkan keberadaan pada manusia secarautuh bahwa mereka adalah pencari kebenaran.

Pemikiran Filsafat pendidikan Menurut Aristoteles (367-345 SM)


Pemikiran Filsafat pendidikan Menurut Aristoteles (367-345 SM)
Aristoteles adalah seorang murid Plato. Dia adalah seorang cendekiawan dan intelek terkemuka, mungkin sepanjang masa. Aristoteles lahir pada tahun 394 SM di Stagira, sebuah kota kecil disemenanjung Chalcidies disebelah barat lau Egea. Ayahnya Nichomachus adalah seorang dokter perawat Amyntas II, Raja Macedonia. Ayahnyalah yang mengatur Aristoteles menerima pendidikan lengkap dari masa kanak-kanak dan mengajarinya ilmu kedokteran dan teknik pembedahan. Ayah dan ibunya, Phaesta, mempunyai nenek moyang terkemuka.
Menurut Aristoteles, agar orang dapat hidup maka ia harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, melaiknkan soal memberikan bimbingan pada perasaan-perasaan yang lebih tinggi yaitu akal, guna mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, sehingga ia memerlukan dukungan-dukungan yang lebih tinggi agar diarahkan secara benar. Aristoteles mengemukakan bahwa pendidikanyang baik itu mempunyai tujuan untuk kebahagiaan. Dan kebahagiaan tertinggi adalah hidup spekulatif (Iman Barnadib, 1994;72)
Prinsip pokok pendidikan menurut Aristoteles adalah pengumpulan penelitian fakta-fakta belajar induktif, suatu pencarian yang objektif akan kebenaran sebagai dasar dari semua ilmu pengetahuan. Pendidikan yang baik sebaiknya diberikan kepada semua anak. Puta-putri, semua warga negara, sebaiknya diajar sesuai kemampuan mereka, sebagaimana doktrinPlato tentang keberadaan individu. Yang jelas disiplin merupakan hal yang esensial dalam mengajrakan para pemuda untuk mematuhi perintah-perintah dan mengendalikan gerakan hati mereka.

Pemikiran filsafat pendidikan menurut Plato (427-347 SM)


Pemikiran filsafat pendidikan menurut Plato (427-347 SM)
Plato dilahirkan dalam keluarga aristokrasi di Athen, sekitar 427 SM. Ayahnya, Ariston, adalah keturunan dari raja pertama di Athena yang pernah berkuasa pada abad ke-7 SM. Sementara ibunya, Perictions, adalah keturunan keluarga solon, seorang pembuat undang-undang, penyair, memimpin militerdari kaum ningrat danpendiri dari demokrasi Athena yang terkemuka (Samuel Smith; 1986;29)
Menurut Plato, pendidikan sangat diperlukan, baik bagi dirinya sendiri individu maupun sebagai warga negara. Negara wajib memberikan pendidikan kepada setiap warga negaranya. Namun demikian, setiap peserta didik harus diberikan kebebasan untuk mengikuti ilmu sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing sesuai dengan jenjangnya, sehingga pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak dan perubahan bagi kehidupan pribadi, bangsa dan negara.
Menurut Plato, tujuan pendidikan adalah untuk menentukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga ia menjadi seorang warga negara yang baik, masyarakat yang harmonis, yang melaksanakan tugas-tugasnya secara efisien sebagai seorang anggota masyarakat. Plato juga menekankan perlunya pendidikan direncanakan dan diprogramkan sebaik-baiknya agar mempu mencapai sasaran yang diidamkan. Dengan kata lain, pendidikan haruslah direncankan dan diprogramkan dengan baik agar berhasil degan baik. Karena itu, dalam menanamkan program pendidikanitu, pemerintah harus mengadakan motivasi, semangat loyalitas, kebersamaan dan kesatuan cinta akan kebaikan dan keadilan.