Sabtu, 07 Januari 2017

Kebangkitan kebangsaan Indonesia di Banten dengan semangat islam


KEBANGKITAN KEBANGSAAN INDONESIA DI BANTEN
DENGAN SEMANGAT ISLAM


Description: images (1)

Laporan Observasi
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kebantenan

Disusun Oleh Kelompok 3:
Rizqi Amalia Hidayah        (2225150001)
Vidiya Risna Dewi                         (2225150004)
Atikah                                 (2225150014)
Tuti Alawiyah                     (2225150017)
Siti Nurul Afifah                (2225150020)
Jesika Pratiwi                      (2225150025)
Kelas : 3 A

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016


KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul Kebangkitan Kebangsaan Indonesia di Banten dengan Semangat Islam ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Kebantenan.
Kami berharap, dengan membaca laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita terutama sebagai calon pendidik yang bertugas untuk mengarahkan peserta didik kepada tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan anak bangsa. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.


Serang, November 2016

Penyusun





DAFTAR ISI









BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Terbentuknya Provinsi Banten di awali dengan lepasnya Banten dari Jawa Barat. Lepasnya Banten ini di pelopori oleh H. Chasan.  Sudah sejak lama masyarakat Banten merasa ingin melepaskan diri dari Jawa Barat karena masyarakat Banten merasa Banten memiliki potensi yang besar untuk membangun provinsi sendiri.  Perjuangan rakyat Banten untuk memisahkan diri dari Jawa Barat akhirnya terpenuhi.
Sebagai provinsi yang baru, Banten masih memiliki banyak kekurangan. Namun, seperti Provinsi lain, Banten tidak mau tertinggal oleh zaman. Banten sudah memiliki Museum sendiri yang terletak di Pendopo Gubernur Lama. Museum ini masih dalam tahap menuju museum yang lebih baik lagi. Pembangunan museum ini bertujuan agar masyarakat Banten sendiri tahu tentang sejarah dan peninggalan-peninggalan yang ada di Banten.

1.2  Rumusan Masalah

1.    Bagaimana Kebangkitan Kebangsaan Indonesia di Banten?
2.    Mengapa Banten memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat?
3.    Siapakah Tokoh yang berperan dalam proses lepasnya Banten dari Jawa Barat?
4.    Bagaimana keterkaitan semangat Islam dengan Kebangkitan Kebangsaan Indonesia yang berada di Banten?



1.3  Tujuan Penulisan

1.    Mengetahui Kebangkitan Kebangsaan Indonesia di Banten.
2.    Mengetahui alasan Banten memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat.
3.    Mengetahui Tokoh yang berperan dalam proses lepasnya Banten dari Jawa Barat.
4.    Mengetahui keterkaitan semangat Islam dengan Kebangkitan Kebangsaan Indonesia yang berada di Banten.
 



BAB II
TEMUAN HASIL KUNJUNGAN


2.1  Kebangkitan Kebangsaan Indonesia di Banten

Masa kebangkitan Banten dimulai ketika Banten resmi menjadi provinsi tersendiri memisahkan diri dari provinsi induknya Jawa Barat pada Oktober tahun 2000, berdasarkan keputusan DPR RI. Tidak banyak orang tahu alasan mengapa Banten keluar dari Jawa Barat, dan ternyata proses atau inisatif berpisahnya Banten dari Jawa Barat sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1953.
Pada saat itu Banten masih berupa kresidenan (sekarang disebut korwil), satu tingkat dibawah Gubernur, dan satu tingkat diatas kabupaten atau kotamadya. Jawa Barat sendiri waktu itu dibagi menjadi beberapa kresidenan diantaranya kresidenan Bogor, Priangan Timur, Priangan dan juga kresidenan Banten.
Sifat dari kresidenan ini hanyalah bentuk koordinasi untuk membantu tugas-tugas gubernur di wilayah. Maka saat itu dikenal nama jabatan kepala kresidenan, dan tugasnya adalah membantu gubernur dalam mengkoordinasikan beberapa walikota atau bupati. Pada tahun 1953 itulah mula muncul gagasan peningkatan status banten dari kresidenan menjadi provinsi sendiri berpisah dari jawabarat.         
Secara geografis Banten merupakan jalur laut yang potensial yang sangat strategis, karena menhubungkan jalur internasional dan nasional lewat selat sunda sehingga dapat sangat memungkinkan menunjang perekonomian dari sistem dan perikanan. Sedangkan dari segi pertanian tidak kurang dari apapun sebagai pemasok ideal karena sebagian warga banten bekerja sebagai di sector pertanian, apalagi budaya dan wisata di Banten bias dikatakan bahwa daerah ini sangat memiliki potensial dari pantai dan pegunungan yang sangat indah menjadikan Banten menjadi kawasan ekonomi khusus.
Enam belas tahun berlalu sejak ditetapkannya Banten sebagai provinsi baru, ada banyak perubahan dan dinamika yang terjadi, perubahan masyarakat Banten yang lebih sejahtera dan maju dibandingkan sebelum Banten pisah dengan Jawa Barat.
Kebangkitan Banten merupakan semangat dan ajakan masyarakat Banten untuk bersama-sama, melakukan berbagai perubahan dan mengejar ketertinggalan dari daerah lain. Usaha yang dilakukan secara bersama-sama membantu mengoptimalkan potensi yang dimiliki demi terciptanya kesejahteraan bersama.

2.2  Alasan Banten Memisahkan Diri dari Jawa Barat

Pada tahun 1953, untuk pertama kalinya dimunculkan keinginan masyarakat Banten untuk meningkatkan status wilayahnya dari Kresidenan menjadi provinsi sendiri yang terpisah dari Jawa Barat.
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya gagasan kresidenan Banten menjadi provinsi sendiri, diantaranya faktor sejarah Banten sendiri yang di jaman penjajahan Belanda disebutkan sebagai wilayah yang tidak pernah menyerah dan takluk pada Belanda, faktor kesejahteraan, faktor sumber daya alam, faktor penigkatan pelayanan masyarakat, dan masih banyak lagi faktor-faktor yang menjadi alasan  mengapa Banten memisahkan diri dari Jawa Barat.
·      Tiga alasan Banten keluar dari Jawa Barat
Jika dilihat dari beberapa faktor yang menjadi alasan Banten memisahkan diri dari Jawa Barat, maka terdapat tiga kelompok utama yang menjadi alasannya yaitu:
1.         Alasan Sejarah Banten
Banten yang berada di ujung barat pulau Jawa dengan luas hampir 10 ribu meter persegi itu adalah salah satu wilayah di Indonesia (saat itu masih berupa kesultanan) yang tidak pernah tunduk pada penjajah Belanda. Dari sejarah tersebut, jelas Banten merasa wilayah yang memiliki martabat dan kekuatan melawan penjajah.
Sebagai wilayah yang memiliki sejajar kesultanan, Banten merasa kedudukan dan haknya sama dengan wilayah khusus lain di Indonesia seperti DKI Jakarta dan DIY Yogyakarta. Selain itu, Banten juga merasa memiliki sumber daya alam yang bisa menghidupi dirinya sendiri, seperti tambang, pertanian, dan laut.
2.         Alasan Subjektif Kultural
Sebagai daerah di tatar Jawa Barat  (sebelumnya), Banten memiliki bahasa dan adat istiadat yang berbeda dengan masyarakat Sunda pada umumnya. Bahasa di Banten berbeda dengan bahasa Sunda di wilayah Jawa Barat lainnya, seperti Cianjur, Sukabumi, Ciamis, Bandung, dan lain-lain. Bahasa Banten memiliki kekhasan tertentu. Selain itu, masyarakat Banten juga merasa sebagai keturunan Kasultanan Banten yang memiliki trah raja-raja atau sultan.
3.         Alasan Objektif Infrastruktur
Selama berada di wilayah Jawa Barat, Banten merasa didiskriminasikan dalam hal pembangunan infrastruktur. Pengembangan infrastruktur jalan misalnya tidak mengalami perubahan signifikan selama bertahun-tahun, berbeda dengan wilayah lain di Jawa Barat terutama Bandung. Begitu juga dengan infrastruktur pertanian, gedung dan pelabuhan.



2.3  Tokoh Pelopor Lepasnya Banten dari Jawa Barat

Berdirinya Provinsi Banten sama halnya dengan mengangkat harkat martabat dan derajat rakyat Banten, dan hal itu adalah berkat kegigihan, kesetiaan dan tekad kuat dari sang tokoh Prof. Dr. H. Tb. Chasan Sochib “Sang Tokoh Deklarator Pendiri Provinsi Banten” yang memiliki kesetiaan kuat, jati diri kuat dan identitas diri yang kuat, berdirinya Provinsi Banten adalah merupakan karya politik Prof Dr H Tb Chasan Sochib yang tak terbantahkan. Buktinya delapan pemerintahan kabupaten dan kota telah bertengger didalam wilayah Provinsi Banten, yaitu 1. Kabupaten Lebak, 2 Kabupaten Pandeglang, 3 Kabupaten Serang, 4 Kabupaten Tangerang, 5 Kota Cilegon, 6 Kota Serang, 7 Kota Tangerang dan 8 Kota Tangerang Selatan.

Semasa hidup, Abah Chasan Sochib, panggilan akrabnya, aktif dalam berbagai organisasi sosial dan politik. Jabatan karier semasa hidup beliau yakni pendiri dan Ketua Umum Pengurus Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten Indonesia (PPPSBBI) sejak 1971. Ketua Umum DPP Satkar Ulama Indonesia masa bakti 2011-2015. Selanjutnya, pendiri Kadin dan Gapensi Banten 1977, pendiri UNTIRTA Banten 1981, Ketua Umum DHD 45 Provinsi Banten 1985, pendiri Museum Krakatau di Carita, Pandeglang 1987, Penasihat Himpunan Keluarga Sulawesi Selatan (HKSS) 1980, pendiri Koperasi Wasta Karya 1987, pendiri Museum Banten Lama 1988, Ketua Pembangunan Banten 1980, anggota Dewan Pertimbangan Gapensi Pusat, serta Dewan Penasihat Partai Golkar Provinsi Banten. Artinya telah banyak torehan karya sosial politik dan sosial ekonomi yang dilakukan oleh Alm. Prof. Dr. H. Tb. Chasan Sochib.

2.4  Keterkaitan Semangat Islam dengan Kebangkitan Kebangsaan Indonesia di Banten

Keterkaitan antara Islam dengan kebangkitan yang berada di Banten memiliki cerita tersendiri. Banten yang berdiri pada bulan Oktober membuat sebuah kebanggaan bagi pemimpin serta rakyat-rakyat yang di Banten. Masa kebangkitan Banten dimulai ketika Banten resmi menjadi provinsi tersendiri memisahkan diri dari provinsi induknya Jawa Barat pada Oktober tahun 2000, berdasarkan keputusan DPR RI. Tidak banyak orang tahu alasan mengapa Banten keluar dari Jawa Barat, dan ternyata proses atau inisatif berpisahnya Banten dari Jawa Barat sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1953.
Pada saat itu Banten masih berupa kresidenan (sekarang disebut korwil), satu tingkat dibawah Gubernur, dan satu tingkat diatas kabupaten atau kotamadya. Jawa Barat sendiri waktu itu dibagi menjadi beberapa kresidenan diantaranya kresidenan Bogor, Priangan Timur, Priangan dan juga kresidenan Banten.
Sifat dari kresidenan ini hanyalah bentuk koordinasi untuk membantu tugas-tugas gubernur di wilayah. Maka saat itu dikenal nama jabatan kepala kresidenan, dan tugasnya adalah membantu gubernur dalam mengkoordinasikan beberapa walikota atau bupati. Pada tahun 1953 itulah mula muncul gagasan peningkatan status Banten dari kresidenan menjadi Provinsi sendiri berpisah dari Jawa Barat.
Banten memiliki kemayoritasan memeluk agama islam sejak masa pemerintahan kesultanan. Hingga saat ini, Banten masih bisa dikatakan sangat kental dengan adat istiadat keislaman Banten. Banten memisahkan dari provinsi Jawa Barat karena semangat dari rakyatnya yang memiliki agama mayoritas islam pada masa pemerintahan Alm. Hj. Chasan.
Dan dapat dilihat lagi bahwa Banten memiliki semangat Islam melalui perdagangan. Achmad yang pertama kali mendukung perubahan di tanah Banten yang beranjak modern. Gerakan Sarekat Islam masuk di Banten bahkan diberi ruang yang cukup berarti oleh Achmad, walau Achmad tidak aktif dalam organisasi pergerakan itu. Achmad justru aktif dalam organisasi lain yang mengantarkannya sebagai anggota Volksraad. Sebagai bupati dan anggota Volksraad-lah Achmad memainkan peran-nya dalam peregerakan. Hal ini sungguh berbeda dengan daerah lain, dimana para pejabat pribumi agak takut dengan perubahan yang akan dibawa oleh SI di daerah mereka. Adik Achmad, Hasan Djajadiningrat, kemudian juga menjadi tokoh SI yang cukup berpengaruh di Banten sampai akhir hayatnya.

·      Temuan Hasil Kunjungan

Lokasi  : Museum Negeri Provinsi Banten
1.    Lebak Cibedug
Lebak Cibedug berbentuk punden berundak yang terletak di kaki Gunung Halimun. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi Lebak Cibedug sekitar tiga sampai empat jam dengan berjalan kaki. Bentuk dari Lebak Cibedug ini menyerupai bentuk Candi Borobudur, namun Lebak Cibedug ini dibangun jauh sebelum adanya Candi Borobudur. Atap masjid yang ada saat ini mengadopsi dari bentuk Lebak Cibedug. Pada zaman ini Lebak Cibedug dibangun sebagai tempat peribadatan masyarakat sekitar yang belum mengenal agama. Letak dari Lebak Cibedug juga dekat dengan sungai, filosofinya air sungai tersebut digunakan untuk bersuci.
2.    Prasasti Munjul
Prasasti Munjul adalah prasasti yang bertuliskan aksara Pallawa yang terletak ditepi sungai Cidanghiang, Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Prasasti dengan Bahasa Sansekerta ditulis oleh Raja ketiga Kerajaan Tarumanegara, Raja Purnawarman (395-434 M). Menurut cerita Purnawarman menulis prasasti itu untuk mengabadikan sebuah peristiwa besar yang terjadi di Daerah Munjul. Bunyi prasasti itu antara lain sebgai berikut “vikrantayam vanipateh, prabbhuh satya parakramah, narendraddhaviajabutena srimatah, purnna varmmanah”. Artinya (ini tanda) penguasa dunia yang perkasa, prabu yang setia, serta penuh kepahlawanan, yang menjadi panji segala raja, yang termasyur Punnawarman.
Salah satu bukti bahwa Banten sudah mulai mengenal tulisan adalah dengan ditemukannya prasasti ini. Pada Prasasti Munjul Tersebut tertulis sebuah tulisan yang menjelaskan tentang kerajaan yang di kepalai Raja Purnawarman. Prasasti Munjul ini terletak di aliran sungai Cidanghiang.
3.    Fosil Badak
Fosil hewan yang berada di museum ini adalah seekor hewan Badak Bercula satu. Salah satu hewan ini ditemukan di Ujung Kulon dan merupakan hewan langka yang jarang ditemukan ditempat lain. Badak bercula ini merupakan hewan yang dilindungi karena terlangka didunia karena jumlahnya hanya sekitar 50 ekor. Fosil ini merupakan hewan badak yang memiliki berat badan dan ukuran yang paling kecil dan masih berusia muda.
4.    Pipa Terakota
Pipa terakota ini merupakan saluran air yang terbuat dari tanah liat bakar. Pipa memiliki bentuk lebih kecil pada salah satu bagian ujung berfungsi untuk menyambung dengan pipa yang lain. Banten lama sebagai situs Ibu Kota Kesultanan Banten banyak ditemukan jenis-jeis barang yang terbuat dari lempung bakar atau terakota dalam jumlah yang sanagt melimpah. Dapat disimpulkan bahwa ketika itu terakota sangat berperan dalam kehidupan penduduk kota.
Terakota yang ditemukan di situs Banten Lama amat kaya ragamnya, diantaranya unsur bangunan (bata, genteng, cerobong sumur, pipa saluran), wadah (priuk, puja kendi, tempayan, boneka, vas bunga, situs religi, sesaji, material), dan alat kebutuhan praktis lainnya seperti timbangan dan lampu.
Sebagian besar terakota ini diduga merupakan buatan setempat dikarenakan ditemukan alat produksinya yang berupa pelandas. Pipa Terakota terbuat dari tanah liat pada tahun 1400 sampai 1600-an. Pada zaman tersebut pipa ini digunakan untuk saluran air. Pipa ini dapat digunakan sebagai penyaring air karena air yang mengalir dari pipa ini dapat langsung diminum.
5.    Golok Ciomas
Golok yang berada pada museum dibuat oleh Pande Besi bernama Siddik Santani pada tahun 12 Rabiul awal 1432 H atau 5 Februari 2007. Panjang Golok ini 41cm dan lebar ujung 4,3 cm. Golok Ciomas adalah golok yang paling terkenal hingga ke luar negeri. Dalam pembuatannya, golok ini terbilang mistis karena si pandai besi mengerahkan segenap “tenaga dalam”nya untuk mengambil bahan dasar golok tersebut. Golok Ciomas pernah memecahkan rekor sebagai golok terbesar se-Asia karena beratnya mencapai 2 ton dengan panjangnya mencapai 7 m dan lebar 40 cm. Golok yang ada di museum ini dimandikan setiap satu tahun sekali dengan ritual khusus.
6.    Keramologika
Kata keramik atau Ceramic berasal dari kata yunani yaiti Ceramos yang berarti barang pecah belah atau barang yang terbuat dari tanah liat bakar. Tetapi dalam dunia perkeramikan dijumpai beberapa istilah mengacu pada pengertian tanah liat bakar ini, seperti terakota (terracotta=tanah merah), pottery (wadah dari tanah liat bakar), eartheeware (barang-barang yang terbuat dari bahan yang hanya akan lebur pada suhu yang sangat tinggi).
Dalam tulisan ini, istilah keramik akan digunakan untuk semua barang yang terbuat dari tanah liat bakar. Berdasarkan bahan dan suhu pembakarannya, barang-barang keramik ini dikelompokan menjadi tiga, yaitu:
1)   Tembikar (eartheeware) adalah keramik yang dibakar dengan suhu pembakaran 350o C - 1000o C. Bahan dasar tembikar adalah tanah liat yang mengandung campuran lain dan bersifat menyerap dan dapat ditembus oleh air karena memiliki permeabilitas yang relatif sedang sampai tinggi serta berpori banyak. Bahan dasar tembikar biasanya dicampur dengan bahan lain seperti pasir, pecahan kerang, sekam padi atau hancuran, tembikar yang tidak terpakai lagi.
2)   Batuan (stoneware) adalah keramik yang dibakar dengan suhu 1150 ͦ C- 300 ͦ C, Bahan dasarnya tanah liat yang bersifat silica (kaca) yang dapat berubah secara fisik, yaitu sitering karena tingkat pembakaran bahan batuan tidak menyerap air seperti tembikar, karena permeabilitasnya rendah, tetapi tidak tembuh cahaya.
3)   Porselin (porcelain) adalah keramik yang dibakar diatas suhu 1250 ͦ C tetapi tidak melibih 1350 ͦ C, bahan dasar porselin terdari dari dua jenis material, yaitu kaolid, sejanis tanah liat putih yang hanya akan lebur pada suhu yang sangat tinggi. Kemudian felspar, yang dalam bahasa cina disebut petunzte, yakni berupa tanah putih yang berasal dari batuan granit yang telah membusuk. Porselin tidak berpori dan dapat tembus cahaya.
Perkakas atau peralatan hidup yang terbuat dari tanah liat telah dikenal sejak zaman prasejarah. Ketika peradaban mulai berkembang pesat dan cara hidup menetap dalam suatu perkampungan sudah mulai dikenal, menyebabkan bertambahnya kebutuhan akan alat-alat keperluan sehari-hari. Sebelum manusia mengenal wadah dari tanah liat, kebutuhan akan tempat menyimpan makanan dibuat dari bahan bambu dan bahan kayu lainnya. Penggunaan bahan organis ini terus berlanjut bahkan sampai saat ini walaupun telah ditemukan wadah-wadag penyimpanan dari tanah liat.
Kesenian keramologika ada sejak zaman kesultanan hingga sekarang. Banten terkenal dengan kesenian keramologikanya karena daerah Banten memiliki tanah yang paling bagus, bahkan orang luar Banten berkata bahwa semakin keramologikanya dipanaskan dengan suhu tinggi maka semakin bagus pula kualitas keramologikanya. Keramologika Banten ini banyak di ekspor ke luar Jawa bahkan sampai ke luar negeri. Pada masa kesultanan, keramologika ini digunakan sebagai alat tukar dengan bangsa lain yang datang ke Banten. Selain sebagai alat tukar, keramologika ini dijadikan sebagai ajang pengenalan kesenian khas Banten kepada dunia luar. Fu ngsi keramologika pada zaman kesultanan digunakan sebagai tempat untuk menampung air atau beras.
7.    Arca Ganesha
Kehadiran peninggalan budaya Hinduistis di Pulau Panaitan, pemikiran bahwa pulau ini pernah dijadikan sebagai pulau tempat persinggahan para pelayar/musafir atau lebih buruk lagi sebagai pulau tempat terdamparnya kapal-kapal yang melintasi Selat Sunda. Beberaa diantara pelayaran itu ialah ibu-ibu. Dalam mitologi Hindu, Ganesha adalah dewa ilmu pengetahuan bagi masyarakat India yang didominasi umat Hindu, Arca Ganesha ini ditemukan di Ujung Kulon, tepatnya di puncak Gunung Raksa. Jalan yang ditempuh untuk mencapai lokasi tersebut sangatlah sulit. Arca Ganesha memiliki 4 tangan yang masing-masing tangannya memegang benda yang berbeda dan memiliki makna tersendiri. Tangan kanan yang terangkat memegang tasbih memiliki makna religius, dan tangan kanan yang menengadah memegang gayung yang terbuat dari batok kelapa berisikan air dimana air tersebut merupakan sumber dari kehidupan manusia. Tangan kiri yang terangkat memegang bunga teratai yang memiliki makna kesucian, dan tangan kiri yang menengadah memegang mangkuk dan belalainya terlihat seperti menghisap sesuatu dari mangkuk memiliki makna bahwa Ganesha menyalurkan ilmu pengetahuan yang berasal dari otaknya ke mangkuk yang diibaratkan sebagai otak manusia. Dewa Ganesha sendiri disenangi banyak anak-anak. Ibu dewa Ganesha bernama Dewi Parwati dan ayahnya bernama Dewa Siwa. Dewa Siwa sendiri dikenal sebagai Dewa Penguasa dan perusak alam semesta. Ganesa dipuja sebagai Dewa Pembasmi bahaya, karena itu arcanya seringkali ditemukan ditempat-tempat bahaya seperti ditempat pertemuan di dua buah sungai atau ditepi-tepi sungai. Selain sebagai Dewa Pembasmi Bahaya, Ganesha dikenal sebgai Dewa Ilmu Pengetahuan serta membantu memecahkan permasalahan sehingga disebut juga sebagai Dewa Kebijaksanaan.
8.    Penjara Belanda
Penjara ini berukuran ± 4m x 8m. Pada zaman penjajahan Belanda, tempai ini dijadikan sebagai penjara bagi pribumi yang menentang pemerintah Belanda di Banten. Ada sekitar 100 orang yang berada di penjara yang ukurannya terbilang sempit. Dikisahkan, didalam penjara tersebut terdapat sebuah tali yang tergantung di atas langit-langit pada ruang penjara tersebut. Tali itu digunakan untuk menggantung para narapidana yang menjadi provokator dalam setiap aksi pemberontakan, narapidana yang sudah digantung dibiarkan membusuk di dalam penjara sehingga kuman yang berasal dari mayat yang telah membusuk menular pada narapidana lainnya.

BAB III
KESIMPULAN


Masa kebangkitan Banten dimulai ketika Banten resmi menjadi provinsi tersendiri memisahkan diri dari provinsi induknya Jawa Barat pada Oktober tahun 2000, berdasarkan keputusan DPR RI. Tidak banyak orang tahu alasan mengapa Banten keluar dari Jawa Barat, dan ternyata proses atau inisatif berpisahnya Banten dari Jawa Barat sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1953.
Berdirinya Provinsi Banten sama halnya dengan mengangkat harkat martabat dan derajat rakyat Banten, dan hal itu adalah berkat kegigihan, kesetiaan dan tekad kuat dari sang tokoh Prof. Dr. H. Tb. Chasan Sochib “Sang Tokoh Deklarator Pendiri Provinsi Banten” yang memiliki kesetiaan kuat, jati diri kuat dan identitas diri yang kuat, berdirinya Provinsi Banten adalah merupakan karya politik Prof. Dr. H. Tb. Chasan Sochib yang tak terbantahkan.
Sebagai provinsi yang baru, Banten masih memiliki banyak kekurangan. Namun, seperti Provinsi lain, Banten tidak mau tertinggal oleh zaman. Banten sudah memiliki Museum sendiri yang terletak di Pendopo Gubernur Lama. Museum ini masih dalam tahap menuju museum yang lebih baik lagi. Pembangunan museum ini bertujuan agar masyarakat Banten sendiri tahu tentang sejarah dan peninggalan-peninggalan yang ada di Banten.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar