KEBANGKITAN
KEBANGSAAN INDONESIA DI BANTEN
DENGAN SEMANGAT
ISLAM
![]() |
Laporan Observasi
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Studi Kebantenan”
Disusun Oleh Kelompok 3:
Rizqi Amalia Hidayah (2225150001)
Vidiya Risna Dewi (2225150004)
Atikah (2225150014)
Tuti Alawiyah (2225150017)
Siti Nurul Afifah (2225150020)
Jesika Pratiwi (2225150025)
Kelas : 3 A
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul ”Kebangkitan Kebangsaan Indonesia di Banten dengan Semangat Islam” ini
dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Kebantenan.
Kami berharap, dengan membaca
laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah
wawasan kita terutama sebagai calon pendidik yang bertugas untuk mengarahkan
peserta didik kepada tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan anak bangsa. Memang
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Serang,
November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terbentuknya Provinsi Banten di
awali dengan lepasnya Banten dari Jawa Barat. Lepasnya Banten ini di pelopori
oleh H. Chasan. Sudah sejak lama
masyarakat Banten merasa ingin melepaskan diri dari Jawa Barat karena
masyarakat Banten merasa Banten memiliki potensi yang besar untuk membangun
provinsi sendiri. Perjuangan rakyat
Banten untuk memisahkan diri dari Jawa Barat akhirnya terpenuhi.
Sebagai provinsi yang baru, Banten
masih memiliki banyak kekurangan. Namun, seperti Provinsi lain, Banten tidak
mau tertinggal oleh zaman. Banten sudah memiliki Museum sendiri yang terletak
di Pendopo Gubernur Lama.
Museum ini masih dalam tahap menuju museum yang lebih baik lagi. Pembangunan
museum ini bertujuan agar masyarakat Banten sendiri tahu tentang sejarah dan
peninggalan-peninggalan yang ada di Banten.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Kebangkitan Kebangsaan Indonesia di Banten?
2. Mengapa
Banten memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat?
3. Siapakah
Tokoh yang berperan dalam proses lepasnya Banten dari Jawa Barat?
4. Bagaimana
keterkaitan semangat Islam dengan Kebangkitan Kebangsaan Indonesia yang berada
di Banten?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
Kebangkitan Kebangsaan Indonesia di Banten.
2. Mengetahui
alasan Banten memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat.
3. Mengetahui
Tokoh yang berperan dalam proses lepasnya Banten dari Jawa Barat.
4. Mengetahui
keterkaitan semangat Islam dengan Kebangkitan Kebangsaan Indonesia yang berada
di Banten.
BAB II
TEMUAN HASIL KUNJUNGAN
2.1 Kebangkitan Kebangsaan Indonesia di Banten
Masa kebangkitan Banten
dimulai ketika Banten resmi menjadi provinsi tersendiri memisahkan diri dari
provinsi induknya Jawa Barat pada Oktober tahun 2000, berdasarkan keputusan DPR
RI. Tidak banyak orang tahu alasan mengapa Banten keluar dari Jawa Barat, dan
ternyata proses atau inisatif berpisahnya Banten dari Jawa Barat sebenarnya
sudah dimulai sejak tahun 1953.
Pada
saat itu Banten masih berupa kresidenan (sekarang disebut korwil), satu tingkat
dibawah Gubernur, dan satu tingkat diatas kabupaten atau kotamadya. Jawa Barat
sendiri waktu itu dibagi menjadi beberapa kresidenan diantaranya kresidenan
Bogor, Priangan Timur, Priangan dan juga kresidenan Banten.
Sifat
dari kresidenan ini hanyalah bentuk koordinasi untuk membantu tugas-tugas
gubernur di wilayah. Maka saat itu dikenal nama jabatan kepala kresidenan, dan
tugasnya adalah membantu gubernur dalam mengkoordinasikan beberapa walikota
atau bupati. Pada tahun 1953 itulah mula muncul gagasan peningkatan status
banten dari kresidenan menjadi provinsi sendiri berpisah dari jawabarat.
Secara
geografis Banten merupakan jalur laut yang potensial yang sangat strategis,
karena menhubungkan jalur internasional dan nasional lewat selat sunda sehingga
dapat sangat memungkinkan menunjang perekonomian dari sistem dan perikanan. Sedangkan
dari segi pertanian tidak kurang dari apapun sebagai pemasok ideal karena
sebagian warga banten bekerja sebagai di sector pertanian, apalagi budaya dan
wisata di Banten bias dikatakan bahwa daerah ini sangat memiliki potensial dari
pantai dan pegunungan yang sangat indah menjadikan Banten menjadi kawasan
ekonomi khusus.
Enam
belas tahun berlalu sejak ditetapkannya Banten sebagai provinsi baru, ada
banyak perubahan dan dinamika yang terjadi, perubahan masyarakat Banten yang
lebih sejahtera dan maju dibandingkan sebelum Banten pisah dengan Jawa Barat.
Kebangkitan Banten merupakan
semangat dan ajakan masyarakat Banten untuk bersama-sama, melakukan berbagai
perubahan dan mengejar ketertinggalan dari daerah lain. Usaha yang dilakukan
secara bersama-sama membantu mengoptimalkan potensi yang dimiliki demi
terciptanya kesejahteraan bersama.
2.2 Alasan Banten Memisahkan Diri dari Jawa Barat
Pada tahun 1953, untuk pertama
kalinya dimunculkan keinginan masyarakat Banten untuk meningkatkan status
wilayahnya dari Kresidenan menjadi provinsi sendiri yang terpisah dari Jawa
Barat.
Banyak faktor
yang menyebabkan timbulnya gagasan kresidenan Banten menjadi provinsi sendiri,
diantaranya faktor sejarah Banten sendiri yang di jaman penjajahan Belanda
disebutkan sebagai wilayah yang tidak pernah menyerah dan takluk pada Belanda,
faktor kesejahteraan, faktor sumber daya alam, faktor penigkatan pelayanan
masyarakat, dan masih banyak lagi faktor-faktor yang menjadi alasan mengapa Banten memisahkan diri dari Jawa
Barat.
· Tiga
alasan Banten keluar dari Jawa Barat
Jika
dilihat dari beberapa faktor yang menjadi alasan Banten memisahkan diri dari
Jawa Barat, maka terdapat tiga kelompok utama yang menjadi alasannya yaitu:
1.
Alasan Sejarah Banten
Banten
yang berada di ujung barat pulau Jawa dengan luas hampir 10 ribu meter persegi
itu adalah salah satu wilayah di Indonesia (saat itu masih berupa kesultanan)
yang tidak pernah tunduk pada penjajah Belanda. Dari sejarah tersebut, jelas
Banten merasa wilayah yang memiliki martabat dan kekuatan melawan penjajah.
Sebagai
wilayah yang memiliki sejajar kesultanan, Banten merasa kedudukan dan haknya
sama dengan wilayah khusus lain di Indonesia seperti DKI Jakarta dan DIY
Yogyakarta. Selain itu, Banten juga merasa memiliki sumber daya alam yang bisa
menghidupi dirinya sendiri, seperti tambang, pertanian, dan laut.
2.
Alasan Subjektif Kultural
Sebagai
daerah di tatar Jawa Barat (sebelumnya),
Banten memiliki bahasa dan adat istiadat yang berbeda dengan masyarakat Sunda
pada umumnya. Bahasa di Banten berbeda dengan bahasa Sunda di wilayah Jawa
Barat lainnya, seperti Cianjur, Sukabumi, Ciamis, Bandung, dan lain-lain.
Bahasa Banten memiliki kekhasan tertentu. Selain itu, masyarakat Banten juga
merasa sebagai keturunan Kasultanan Banten yang memiliki trah raja-raja atau
sultan.
3.
Alasan Objektif Infrastruktur
Selama
berada di wilayah Jawa Barat, Banten merasa didiskriminasikan dalam hal
pembangunan infrastruktur. Pengembangan infrastruktur jalan misalnya tidak
mengalami perubahan signifikan selama bertahun-tahun, berbeda dengan wilayah
lain di Jawa Barat terutama Bandung. Begitu juga dengan infrastruktur
pertanian, gedung dan pelabuhan.
2.3 Tokoh Pelopor Lepasnya Banten dari Jawa Barat
Berdirinya
Provinsi Banten sama halnya dengan mengangkat harkat martabat dan derajat
rakyat Banten, dan hal itu adalah berkat kegigihan, kesetiaan dan tekad kuat
dari sang tokoh Prof. Dr. H. Tb. Chasan Sochib “Sang Tokoh Deklarator Pendiri
Provinsi Banten” yang memiliki kesetiaan kuat, jati diri kuat dan identitas
diri yang kuat, berdirinya Provinsi Banten adalah merupakan karya politik Prof
Dr H Tb Chasan Sochib yang tak terbantahkan. Buktinya delapan pemerintahan
kabupaten dan kota telah bertengger didalam wilayah Provinsi Banten, yaitu 1.
Kabupaten Lebak, 2 Kabupaten Pandeglang, 3 Kabupaten Serang, 4 Kabupaten
Tangerang, 5 Kota Cilegon, 6 Kota Serang, 7 Kota Tangerang dan 8 Kota Tangerang
Selatan.
Semasa hidup,
Abah Chasan Sochib, panggilan akrabnya, aktif dalam berbagai organisasi sosial
dan politik. Jabatan karier semasa hidup beliau yakni pendiri dan Ketua Umum
Pengurus Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten Indonesia (PPPSBBI) sejak
1971. Ketua Umum DPP Satkar Ulama Indonesia masa bakti 2011-2015. Selanjutnya,
pendiri Kadin dan Gapensi Banten 1977, pendiri UNTIRTA Banten 1981, Ketua Umum
DHD 45 Provinsi Banten 1985, pendiri Museum Krakatau di Carita, Pandeglang
1987, Penasihat Himpunan Keluarga Sulawesi Selatan (HKSS) 1980, pendiri
Koperasi Wasta Karya 1987, pendiri Museum Banten Lama 1988, Ketua Pembangunan
Banten 1980, anggota Dewan Pertimbangan Gapensi Pusat, serta Dewan Penasihat
Partai Golkar Provinsi Banten. Artinya telah banyak torehan karya sosial
politik dan sosial ekonomi yang dilakukan oleh Alm. Prof. Dr. H. Tb. Chasan
Sochib.
2.4 Keterkaitan Semangat Islam dengan Kebangkitan Kebangsaan Indonesia di Banten
Keterkaitan antara Islam dengan
kebangkitan yang berada di Banten memiliki cerita tersendiri. Banten yang
berdiri pada bulan Oktober membuat sebuah kebanggaan bagi pemimpin serta
rakyat-rakyat yang di Banten. Masa kebangkitan Banten dimulai ketika Banten resmi
menjadi provinsi tersendiri memisahkan diri dari provinsi induknya Jawa Barat
pada Oktober tahun 2000, berdasarkan keputusan DPR RI. Tidak banyak orang tahu
alasan mengapa Banten keluar dari Jawa Barat, dan ternyata proses atau inisatif
berpisahnya Banten dari Jawa Barat sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1953.
Pada saat itu Banten masih
berupa kresidenan (sekarang disebut korwil), satu tingkat dibawah Gubernur, dan
satu tingkat diatas kabupaten atau kotamadya. Jawa Barat sendiri waktu itu
dibagi menjadi beberapa kresidenan diantaranya kresidenan Bogor, Priangan
Timur, Priangan dan juga kresidenan Banten.
Sifat dari kresidenan ini
hanyalah bentuk koordinasi untuk membantu tugas-tugas gubernur di wilayah. Maka
saat itu dikenal nama jabatan kepala kresidenan, dan tugasnya adalah membantu
gubernur dalam mengkoordinasikan beberapa walikota atau bupati. Pada tahun 1953
itulah mula muncul gagasan peningkatan status Banten dari kresidenan menjadi
Provinsi sendiri berpisah dari Jawa Barat.
Banten memiliki kemayoritasan memeluk agama islam sejak masa pemerintahan
kesultanan. Hingga saat ini, Banten masih bisa dikatakan sangat kental dengan
adat istiadat keislaman Banten. Banten memisahkan dari provinsi Jawa Barat
karena semangat dari rakyatnya yang memiliki agama mayoritas islam pada masa
pemerintahan Alm. Hj. Chasan.
Dan dapat
dilihat lagi bahwa Banten memiliki semangat Islam melalui perdagangan. Achmad yang
pertama kali mendukung perubahan di tanah Banten yang beranjak modern. Gerakan
Sarekat Islam masuk di Banten bahkan diberi ruang yang cukup berarti oleh
Achmad, walau Achmad tidak aktif dalam organisasi pergerakan itu. Achmad justru
aktif dalam organisasi lain yang mengantarkannya sebagai anggota Volksraad. Sebagai
bupati dan anggota Volksraad-lah Achmad
memainkan peran-nya dalam peregerakan. Hal ini sungguh berbeda dengan daerah
lain, dimana para pejabat pribumi agak takut dengan perubahan yang akan dibawa
oleh SI di daerah mereka. Adik Achmad, Hasan Djajadiningrat, kemudian juga
menjadi tokoh SI yang cukup berpengaruh di Banten sampai akhir hayatnya.
· Temuan Hasil Kunjungan
Lokasi : Museum Negeri Provinsi
Banten
1. Lebak
Cibedug
Lebak
Cibedug berbentuk punden berundak yang terletak di kaki Gunung Halimun. Waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi Lebak Cibedug sekitar tiga sampai empat
jam dengan berjalan kaki. Bentuk dari Lebak Cibedug ini menyerupai bentuk Candi
Borobudur, namun Lebak Cibedug ini dibangun jauh sebelum adanya Candi
Borobudur. Atap masjid yang ada saat ini mengadopsi dari bentuk Lebak Cibedug.
Pada zaman ini Lebak Cibedug dibangun sebagai tempat peribadatan masyarakat
sekitar yang belum mengenal agama. Letak dari Lebak Cibedug juga dekat dengan
sungai, filosofinya air sungai tersebut digunakan untuk bersuci.
2. Prasasti Munjul
Prasasti
Munjul adalah prasasti yang bertuliskan aksara Pallawa yang terletak ditepi
sungai Cidanghiang,
Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Prasasti
dengan Bahasa Sansekerta ditulis oleh Raja ketiga
Kerajaan Tarumanegara, Raja Purnawarman (395-434 M). Menurut cerita Purnawarman
menulis prasasti itu untuk mengabadikan sebuah peristiwa besar yang terjadi di
Daerah Munjul. Bunyi prasasti itu antara lain sebgai berikut “vikrantayam vanipateh, prabbhuh satya
parakramah, narendraddhaviajabutena srimatah, purnna varmmanah”. Artinya (ini tanda) penguasa dunia yang perkasa,
prabu yang setia, serta penuh kepahlawanan, yang menjadi panji segala raja,
yang termasyur Punnawarman.
Salah satu bukti bahwa Banten sudah
mulai mengenal tulisan adalah dengan ditemukannya prasasti ini. Pada Prasasti
Munjul Tersebut tertulis sebuah tulisan yang menjelaskan tentang kerajaan yang
di kepalai Raja Purnawarman. Prasasti Munjul ini terletak di aliran sungai
Cidanghiang.
3. Fosil
Badak
Fosil
hewan yang berada di museum ini adalah seekor hewan Badak Bercula satu. Salah
satu hewan ini ditemukan di Ujung Kulon dan merupakan hewan langka yang jarang
ditemukan ditempat lain. Badak bercula ini merupakan hewan yang dilindungi
karena terlangka didunia karena jumlahnya hanya sekitar 50 ekor. Fosil ini
merupakan hewan badak yang memiliki berat badan dan ukuran yang paling kecil
dan masih berusia muda.
4. Pipa
Terakota
Pipa
terakota ini merupakan saluran air yang terbuat dari tanah liat bakar. Pipa
memiliki bentuk lebih kecil pada salah satu bagian ujung berfungsi untuk
menyambung dengan pipa yang lain. Banten lama sebagai situs Ibu Kota Kesultanan
Banten banyak ditemukan jenis-jeis barang yang terbuat dari lempung bakar atau
terakota dalam jumlah yang sanagt melimpah. Dapat disimpulkan bahwa ketika itu
terakota sangat berperan dalam kehidupan penduduk kota.
Terakota
yang ditemukan di situs Banten Lama amat kaya ragamnya, diantaranya unsur
bangunan (bata, genteng, cerobong sumur, pipa saluran), wadah (priuk, puja
kendi, tempayan, boneka, vas bunga, situs religi, sesaji, material), dan alat
kebutuhan praktis lainnya seperti timbangan dan lampu.
Sebagian
besar terakota ini diduga merupakan buatan setempat dikarenakan ditemukan alat
produksinya yang berupa pelandas. Pipa Terakota terbuat dari tanah liat pada
tahun 1400 sampai 1600-an. Pada zaman tersebut pipa ini digunakan untuk saluran
air. Pipa ini dapat digunakan sebagai penyaring air karena air yang mengalir
dari pipa ini dapat langsung diminum.
5. Golok
Ciomas
Golok
yang berada pada museum dibuat oleh Pande Besi bernama Siddik Santani pada
tahun 12 Rabiul awal 1432 H atau 5 Februari 2007. Panjang Golok ini 41cm dan
lebar ujung 4,3 cm. Golok Ciomas adalah golok yang paling terkenal hingga ke
luar negeri. Dalam pembuatannya, golok ini terbilang mistis karena si pandai
besi mengerahkan segenap “tenaga dalam”nya untuk mengambil bahan dasar golok
tersebut. Golok Ciomas pernah memecahkan rekor sebagai golok terbesar se-Asia
karena beratnya mencapai 2 ton dengan panjangnya mencapai 7 m dan lebar 40 cm.
Golok yang ada di museum ini dimandikan setiap satu tahun sekali dengan ritual
khusus.
6. Keramologika
Kata
keramik atau Ceramic berasal dari kata yunani yaiti Ceramos yang berarti barang pecah belah atau barang yang terbuat
dari tanah liat bakar. Tetapi dalam dunia perkeramikan dijumpai beberapa
istilah mengacu pada pengertian tanah liat bakar ini, seperti terakota (terracotta=tanah merah), pottery
(wadah dari tanah liat bakar), eartheeware (barang-barang yang terbuat dari
bahan yang hanya akan lebur pada suhu yang sangat tinggi).
Dalam
tulisan ini, istilah keramik akan digunakan untuk semua barang yang terbuat
dari tanah liat bakar. Berdasarkan bahan dan suhu pembakarannya, barang-barang
keramik ini dikelompokan menjadi tiga, yaitu:
1) Tembikar
(eartheeware) adalah keramik yang dibakar dengan suhu pembakaran 350o C - 1000o C. Bahan dasar tembikar
adalah tanah liat yang mengandung campuran lain dan bersifat menyerap dan dapat
ditembus oleh air karena memiliki permeabilitas yang relatif sedang sampai
tinggi serta berpori banyak. Bahan dasar tembikar biasanya dicampur dengan
bahan lain seperti pasir, pecahan kerang, sekam padi atau hancuran, tembikar
yang tidak terpakai lagi.
2) Batuan
(stoneware) adalah keramik yang dibakar dengan suhu 1150 ͦ C- 300 ͦ C, Bahan
dasarnya tanah liat yang bersifat silica (kaca) yang dapat berubah secara
fisik, yaitu sitering karena tingkat pembakaran bahan batuan tidak menyerap air
seperti tembikar, karena permeabilitasnya rendah, tetapi tidak tembuh cahaya.
3) Porselin
(porcelain) adalah keramik yang dibakar diatas suhu 1250 ͦ C tetapi tidak
melibih 1350 ͦ C, bahan dasar porselin terdari dari dua jenis material, yaitu
kaolid, sejanis tanah liat putih yang hanya akan lebur pada suhu yang sangat
tinggi. Kemudian felspar, yang dalam bahasa cina disebut petunzte, yakni berupa
tanah putih yang berasal dari batuan granit yang telah membusuk. Porselin tidak
berpori dan dapat tembus cahaya.
Perkakas atau peralatan hidup yang
terbuat dari tanah liat telah dikenal sejak zaman prasejarah. Ketika peradaban
mulai berkembang pesat dan cara hidup menetap dalam suatu perkampungan sudah
mulai dikenal, menyebabkan bertambahnya kebutuhan akan alat-alat keperluan
sehari-hari. Sebelum manusia mengenal wadah dari tanah liat, kebutuhan akan
tempat menyimpan makanan dibuat dari bahan bambu dan bahan kayu lainnya.
Penggunaan bahan organis ini terus berlanjut bahkan sampai saat ini walaupun telah
ditemukan wadah-wadag penyimpanan dari tanah liat.
Kesenian
keramologika ada sejak zaman kesultanan hingga sekarang. Banten terkenal dengan
kesenian keramologikanya karena daerah Banten memiliki tanah yang paling bagus,
bahkan orang luar Banten berkata bahwa semakin keramologikanya dipanaskan
dengan suhu tinggi maka semakin bagus pula kualitas keramologikanya.
Keramologika Banten ini banyak di ekspor ke luar Jawa bahkan sampai ke luar
negeri. Pada masa kesultanan, keramologika ini digunakan sebagai alat tukar
dengan bangsa lain yang datang ke Banten. Selain sebagai alat tukar,
keramologika ini dijadikan sebagai ajang pengenalan kesenian khas Banten kepada
dunia luar. Fu ngsi keramologika pada zaman kesultanan digunakan sebagai tempat
untuk menampung air atau beras.
7. Arca
Ganesha
Kehadiran
peninggalan budaya Hinduistis di Pulau Panaitan, pemikiran bahwa pulau ini
pernah dijadikan sebagai pulau tempat persinggahan para pelayar/musafir atau
lebih buruk lagi sebagai pulau tempat terdamparnya kapal-kapal yang melintasi
Selat Sunda. Beberaa diantara pelayaran itu ialah ibu-ibu. Dalam mitologi
Hindu, Ganesha adalah dewa ilmu pengetahuan bagi masyarakat India yang
didominasi umat Hindu, Arca Ganesha ini ditemukan di Ujung Kulon, tepatnya di
puncak Gunung Raksa. Jalan yang ditempuh untuk mencapai lokasi tersebut
sangatlah sulit. Arca Ganesha memiliki 4 tangan yang masing-masing tangannya
memegang benda yang berbeda dan memiliki makna tersendiri. Tangan kanan yang
terangkat memegang tasbih memiliki makna religius, dan tangan kanan yang
menengadah memegang gayung yang terbuat dari batok kelapa berisikan air dimana
air tersebut merupakan sumber dari kehidupan manusia. Tangan kiri yang
terangkat memegang bunga teratai yang memiliki makna kesucian, dan tangan kiri
yang menengadah memegang mangkuk dan belalainya terlihat seperti menghisap
sesuatu dari mangkuk memiliki makna bahwa Ganesha menyalurkan ilmu pengetahuan
yang berasal dari otaknya ke mangkuk yang diibaratkan sebagai otak manusia.
Dewa Ganesha sendiri disenangi banyak anak-anak. Ibu dewa Ganesha bernama Dewi
Parwati dan ayahnya bernama Dewa Siwa. Dewa Siwa sendiri dikenal sebagai Dewa Penguasa dan perusak alam
semesta. Ganesa dipuja sebagai Dewa Pembasmi bahaya, karena itu arcanya
seringkali ditemukan ditempat-tempat bahaya seperti ditempat pertemuan di dua
buah sungai atau ditepi-tepi sungai. Selain sebagai Dewa Pembasmi Bahaya, Ganesha
dikenal sebgai Dewa Ilmu Pengetahuan serta membantu memecahkan permasalahan
sehingga disebut juga sebagai Dewa Kebijaksanaan.
8. Penjara Belanda
Penjara
ini berukuran ± 4m x 8m. Pada zaman penjajahan Belanda, tempai ini dijadikan
sebagai penjara bagi pribumi yang menentang pemerintah Belanda di Banten. Ada
sekitar 100 orang yang berada di penjara yang ukurannya terbilang sempit. Dikisahkan,
didalam penjara tersebut terdapat sebuah tali yang tergantung di atas
langit-langit pada ruang penjara tersebut. Tali itu digunakan untuk menggantung
para narapidana yang menjadi provokator dalam setiap aksi pemberontakan,
narapidana yang sudah digantung dibiarkan membusuk di dalam penjara sehingga
kuman yang berasal dari mayat yang telah membusuk menular pada narapidana
lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
Masa kebangkitan Banten dimulai ketika Banten resmi
menjadi provinsi tersendiri memisahkan diri dari provinsi induknya Jawa Barat
pada Oktober tahun 2000, berdasarkan keputusan DPR RI. Tidak banyak orang tahu
alasan mengapa Banten keluar dari Jawa Barat, dan ternyata proses atau inisatif
berpisahnya Banten dari Jawa Barat sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1953.
Berdirinya Provinsi Banten sama
halnya dengan mengangkat harkat martabat dan derajat rakyat Banten, dan hal itu
adalah berkat kegigihan, kesetiaan dan tekad kuat dari sang tokoh Prof. Dr. H. Tb. Chasan Sochib “Sang Tokoh
Deklarator Pendiri Provinsi Banten” yang memiliki kesetiaan kuat, jati diri
kuat dan identitas diri yang kuat, berdirinya Provinsi Banten adalah merupakan
karya politik Prof.
Dr.
H.
Tb.
Chasan Sochib yang tak terbantahkan.
Sebagai provinsi yang baru, Banten
masih memiliki banyak kekurangan. Namun, seperti Provinsi lain, Banten tidak
mau tertinggal oleh zaman. Banten sudah memiliki Museum sendiri yang terletak
di Pendopo Gubernur Lama.
Museum ini masih dalam tahap menuju museum yang lebih baik lagi. Pembangunan
museum ini bertujuan agar masyarakat Banten sendiri tahu tentang sejarah dan
peninggalan-peninggalan yang ada di Banten.